jpnn.com, JAKARTA - Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China diprediksi masih akan terus berlangsung, saat Amerika Serikat nantinya dipimpin Joe Biden, yang mengalahkan Donald Trump pada Pilpres AS 2020.
Namun, ada perbedaan mendasar antara Joe Biden dan Donald Trump. Kebijakan yang diterbitkan Biden diperkirakan akan lebih konsisten.
BACA JUGA: Hari Pahlawan, Pak Ganjar Baru Saja Menyelamatkan Hidup Veteran yang Berjualan Mainan Anak
Menurut CEO PT Sunindo Adipersada Tbk Iwan Tirtha, perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang diperkirakan masih akan terjadi, membuka peluang pasar yang sangat besar bagi industri mainan anak-anak Indonesia.
Data hasil riset Kedubes Indonesia untuk AS sebelumnya memperlihatkan, China menguasai pasar mainan anak-anak sebesar USD 26,7 miliar, sementara Indonesia baru menguasai USD 280 juta pasar mainan anak-anak di Amerika Serikat.
“Saya kira ini menunjukkan pasar yang bisa diperebutkan 95 kali lebih besar. Dapat dibayangkan, potensi maupun peluang pasar yang dapat dimanfaatkan para produsen mainan anak-anak di Indonesia, khususnya PT Sunindo Adipersada Tbk,” ujar Iwan dalam keterangannya, Rabu (18/11).
Untuk diketahui, PT Sunindo Adipersada Tbk adalah salah satu perusahaan mainan anak-anak dari Indonesia yang siap meningkatkan produksinya dan memperluas jaringan ekspor di Amerika Serikat.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Jokowi Murka? RIzieq jadi Lawan Prabowo di 2024, Dua Kapolda Kena Getah
Dapat dilihat dari kesiapan PT Sunindo Adipersada dalam standarisasi dan kepemilikan sertifikasi yang lengkap untuk memasuki pangsa pasar di Amerika.
“Indonesia sebenarnya negara dengan basis produksi mainan anak-anak yang kuat. Sebelum China menguasai pasar, Indonesia sudah terlebih dahulu mengembangkan basis produksi,” ucapnya.
Iwan lebih lanjut mengatakan, kesiapan infrastruktur dan kemampuan pekerja Indonesia sebenarnya sangat unggul.
Pasalnya, basis produksi mainan anak sudah dipindahkan dari negara Barat ke Jepang atau Korea dan lalu mulai dikembangkan di Indonesia, sejak awal 1990-an.
Sementara basis produksi di negara China baru mulai dikembangkan sekitar tahun 2000-an.
“Produk-produk ekspor kami sudah dikenal sebagai produk dengan kualitas high-end. Dengan disain yang realistis, sehingga tidak perlu khawatir ada penurunan demand dari market yang kemungkinan dibidik oleh China,” pungkas Iwan.(gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang