jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah negara di dunia meningkatkan kewaspadaan menghadapi pandemi COVID-19.
Beberapa negara di Eropa bahkan sudah mengalami lonjakan kasus harian.
BACA JUGA: Pakar Yakin China Akan Atasi Gelombang Baru COVID-19 dalam Sebulan
Asia-Pasifik
Pemerintah China bersiaga tinggi di pintu-pintu masuk internasionalnya.
BACA JUGA: China Takut-takuti Pelajarnya yang Ingin Studi ke Amerika
Langkah ini dilakukan untuk mengurangi risiko kasus COVID-19 dari luar negeri jelang pelaksanaan Olimpiade Musim Dingin Beijing sekitar 100 hari lagi.
Korea Selatan membuka pusat-pusat karantina guna mengantisipasi ribuan remaja yang tertular COVID-19 jelang ujian masuk perguruan tinggi dua pekan lagi.
BACA JUGA: Ayah Vanessa Angel Ungkap Kondisi Terkini Cucunya
Timur Tengah dan Afrika
Afrika Barat dan Tengah berpotensi mengalami lonjakan kasus HIV dan kematian akibat AIDS dalam beberapa tahun ke depan.
Direktur pelaksana badan AIDS PBB menyebut potensi buruk itu akibat gangguan pada layanan kesehatan yang terhantam pandemi, kata direktur pelaksana badan AIDS PBB.
Amerika
Presiden AS Joe Biden mengeluarkan kebijakan baru, mulai 4 Januari akan mewajibkan vaksinasi COVID-19 bagi karyawan perusahaan AS yang memiliki sedikitnya 100 pekerja atau mereka akan dites setiap minggu.
Kebijakan itu ditentang gubernur-gubernur partai Republik yang menyebut Biden melangkahi kewenangannya.
Eropa
Jerman, Kroasia, Slovenia, dan Slovakia menyentuh rekor tertinggi kasus harian COVID-19
Di Rusia, kematian harian akibat COVID-19 mencapai rekor. Total kasus di Ukraina menembus 3 juta dan kasus harian di Polandia mencapai 15.000 untuk pertama kalinya sejak April.
Di Belgia, jumlah kasus rawat inap COVID-19 kembali naik ke level sebelum lockdown pada Oktober 2020.
Amerika Serikat menyarankan pelaku perjalanan untuk menghindari Belgia, negara tempat kantor pusat Uni Eropa dan NATO berada.
Di Austria, kasus baru COVID-19 melonjak mendekati rekor tahun lalu, yang membuka kemungkinan lockdown bagi warga yang belum divaksin ketika pemerintah berusaha meyakinkan masyarakat untuk menerima suntikan. (Reuters/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo