Johanes Sempat Pura-Pura Mati Agar Selamat

Selasa, 19 Juni 2012 – 15:51 WIB

BATAM - Dari 11 orang korban luka akibat bentrokan dua kelompok massa di Hotel Planet Holiday Batam, Senin (18/6),  satu di antaranya meninggal dunia. Korban tewas itu adalah Johan Sihombing dari kubu Toni.

Johan sempat mendapatkan perawatan di Rumah Sakit St Elisabeth Baloi. Namun pendarahaan hebat akibat luka di sekujur tubuhnya membuat nyawanya tak tertolong. "Lukanya banyak dan sangat parah," kata salah satu dokter menangani korban di RS Elisabeth seperti dikutip Batam Pos.

Dokter yang enggan menyebut namanya itu mengatakan, Johan mengalami luka serius di kepala akibat bacokan senjata tajam. Selain itu, Johan juga terluka parah di punggung, tulang belakang patah, luka bacokan di pinggang beberapa jari tangan kanannya putus terkena sabetan pedang.

Kata dokter, Johan meninggal sekitar pukul 19.30 setelah mendapatkan perawatan tim medis RS Elisabeth. Setelah dibersihkan, jenazah Johan disemayamkan di kamar jenazah rumah sakit tersebut sambil menunggu keluarganya mengambil jenazahnya.

Salah satu korban yang mengalami luka parah adalah Fadhilah Said Abdula. Saat ditemui wartawan, Fadhilah tak meringis kesakitan lagi. Namun ia berteriak meminta air.

Lehernya diberi penyangga, sedangkan kepalanya diberi perban. Tak hanya itu, lenganya juga dibalut perban yang penuh darah. Tanganya hampi putus, hanya tersisa urat nadinya.

"Saya haus, leher saya rasa tersekat. Mana air, mana. Mau membunuh saya ya, masa minta air saja tak dikasih. Saya mau minum, haus," teriak pria botak ini.

Ia mengaku diserang puluhan orang sehingga tak bisa melawan. Sedangkan tangannya langsung ditebas parang.

"Tangan saya ini putus, cuma tadi disambung lagi. Kepala saya juga dipukul pake batu. Saya nggak tahu lagi apa yang terjadi, yang jelas saya tergeletak dan saya coba memegang tangan ini," tutur Fadhilah.

Korban lainnya, Johannes, mengalami luka parah di kepala dan pundaknya. Pria asal medan ini menceritakan, sewaktu bekerja di Batuampar ia mengaku ditelepon temannya sekitar pukul 14.00 untuk berkumpul di dekat hotel Planet Holiday. Namun ia tak diberitahu jika akan terjadi perang.

"Saya ditelpon untuk kumpul, katanya untuk rame-ramein aja. Namanya juga teman yang nelpon jadi saya ikut aja. Tapi tidak dikasih tahu kalau akan perang seperti ini," terangnya.

Sekitar pukul 15.30 WIB, Johanes mendatangi Hotel Planet Holiday dan bergabung dengan rekan-rekannya. Tapi beberapa saat setelah berkumpul, teman-temanya mengeluarkan senjata dan di sana terjadi bentrok.

"Jujur saat itu saya tak membawa senjata. Jadi saya mencoba lari. Tapi saya dikejar. Saya diserang dua orang mengunakan tombak dan parang. Saya dikejar, kepala saya dipukul pakai tombak dan bahu saya disabet pakai parang," tuturnya sambil meringis kesakitan.

Untuk menyelamatkan dirinya, Johannes mengaku berakting mati di depan dua orang yang tidak ia kenal sama sekali. "Saya tak kenal dengan orang yang melukai saya. Saat saya dihajar, saya pura-pura mati. Makanya saya masih hidup, kalau ngak saya pasti sudah mati. Mereka juga pikir saya sudah mati karena darah banyak keluar dari kepala saya," terang buruh ini.

Lain lagi dengan Maruli, ia harus kehilangan dua jari yaitu jempol dan telunjuk tangan kananya. Perban bewarna putih tersebut berubah warna jadi merah. Awalnya, pria berbadan sedang ini engan memberi komentar. Ia mengaku lupa ingatan, namun setelah diajak bicara, akhirnya ia menceritakan sedikit kisahnya.

"Ia saya ditelpon teman, katanya ada kumpul buat menyelesaikan masalah. Saat itu saya bawa tongkat cangkul. Ternyata lawan saya bawa barang dan saya dikejar beberapa orang. Setelah tangan saya ditebas, saya lari dan sembunyi di kolong-kolong meja dekat sana," terang Maruli.(par/eja/she/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mabes Polri Kirim 105 Personil Brimob ke Batam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler