John Riady Yakin Indonesia Sanggup Redam Potensi Inflasi

Senin, 03 April 2023 – 14:46 WIB
The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 bps untuk meredam inflasi AS. Ilustrasi: Antara/(REUTERS)

jpnn.com, JAKARTA - Perekonomian Indonesia saat ini diyakini tumbuh solid dan sehat, jauh dari ancaman krisis .

Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady. Menurutnya, hal itu terjadi berkat kebijakan ekonomi yang sinergis dari pemerintah dan regulator dalam merespons tantangan makroekonomi global yang saat ini sangat dinamis.

BACA JUGA: Gubernur BI Perry Warjiyo Dinilai Mampu Mengendalikan Inflasi

Menurut John, gejolak sektor perbankan di Amerika Serikat dan Eropa biar bagaimanapun tidak lepas dari kondisi global saat ini, terutama inflasi yang tinggi menekan negara-negara maju.

Alhasil, bank sentral pun mengerek suku bunga untuk memerangi inflasi tersebut.

BACA JUGA: Tokoh Ini Khawatir Menkeu Sri Mulyani Mengundurkan Diri

"Kalau saya katakan, saat ini secara riil perekonomian nasional sangat sehat. Lebih jauh, kita harus mengapresiasi kinerja tim ekonomi baik Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan) maupun Bank Indonesia serta lembaga lainnya yang mampu bersinergi," kata John melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin (3/4).

Walau demikian, dia mengungkapkan alarm kewaspadaan harus tetap dinyalakan apalagi saat ini masyarakat dunia memang benar-benar khawatir terhadap imbas inflasi tersebut.

BACA JUGA: Mahfud-Sri Mulyani Beda Data Soal Transaksi Janggal Pegawai Kemenkeu, Johan Budi Kaget

Mengutip Data Indonesia yang merujuk hasil survei Ipsos pada akhir Maret lalu, sambung John, inflasi menjadi kekhawatiran terbesar masyarakat dunia terutama oleh masyarakat di 12 negara yang mengalami gejolak harga seperti Prancis, Jerman, Britania Raya, Polandia, Turki, hingga Amerika Serikat.

"Nah, saat ini gejolak harga juga berhasil diredam oleh berbagai kebijakan pemerintah. Ini sangat bagus," kata John.

Di sisi lain, saat The Fed dan Bank Sentral Eropa berjibaku mengerek bunga hingga membuat sejumlah bank berjatuhan, kondisi inflasi di Indonesia justru masih tetap terjaga.

"Jadi memang itu yang sedang terjadi dan semua krisis yang kita hadapi 9 bulan terakhir ini, akar masalahnya inflasi. Sewaktu pasokan uang seolah disedot bank sentral, baru terlihat ada korban dari likuiditas, maka jatuhlah Silicon Valley Bank," kata John.

Dia mempercayai bauran kebijakan yang diterapkan Kementerian Keuangan hingga langkah Bank Indonesia dalam stabilisasi moneter masih efektif menjaga tingkat inflasi bahkan Indonesia sukses menjaga tingkat inflasi 3 persen.

Hal itu, jelasnya, tercermin dengan penerapan kebijakan bunga acuan BI yang selalu menyasar pengendalian inflasi inti.

Saat ini, dengan tingkat bunga acuan 5,75 persen, BI menargetkan inflasi inti dan IHK sesuai target.

Secara keseluruhan, John menilai perekonomian nasional saat ini sangat solid, sehingga memungkinkan untuk mencapai target pertumbuhan di kisaran 5 persen pada tahun ini.

Sebagai catatan positif lainnya, selama se-dekade, Indonesia juga keluar dari zona ekonomi rentan.

Sejauh ini, Indonesia juga masih bisa menikmati berkah komoditas yang tercermin dari moncernya surplus neraca dagang.

"Jadi ini merupakan hasil kebijakan terbaik dari Bu Sri Mulyani, plus juga keberuntungan dari sisi ekspor, kita membutuhkan keduanya," tegas John.

Sebelumnya, momok inflasi juga disinggung Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Menurutnya, kelarnya pandemi memang disertai potensi inflasi yang menghantam perekonomian negara maju.

Dia menilai kebijakan bank sentral negara-negara maju memang bisa ampuh meredam gejolak inflasi yang tinggi. Namun sebaliknya, hal itu pun sangat berisiko bagi sektor keuangan, terutama dalam hal penggalangan dana obligasi.

Walau demikian, dia meyakinkan bahwa seluruh otoritas di Tanah Air selalu sigap merespon perkembangan global tersebut.

"Pandemi bukan lagi risiko, yang harus diwaspadai adalah risiko inflasi," ungkapnya beberapa waktu lalu. (flo/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler