jpnn.com - Pecinta film tanah air belakang disuguhkan dengan hadirnya film-film remake atau reboot. Menanggapi fenomena ini, sutradara yang baru juga merilis film daur ulang Pengabdi Setan, Joko Anwar menilai hal tersebut sesuatu yang wajar.
Dikatakan, formula tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di luar negeri. “Remake itu sepanjang masa, akan selalu ada. Film ya dari remake, dari novel, dan macam-macam,” kata Joko Anwar.
BACA JUGA: Daur Ulang, Jurus Baru Industri Film Indonesia
Pria 41 tahun itu menilai, dari segi pasar, tidak banyak perbedaan signifikan antara film baru dan film remake.
Dikatakan, kesempatan suatu film untuk sukses di pasaran murni tergantung kualitas. Sehingga film judul baru atau pun hasil remake punya peluang sama besar untuk bisa bersaing.
BACA JUGA: Ending Bikin Penasaran, Pengabdi Setan Bakal Punya Sekuel?
“Pasar sama aja, kalau filmnya bisa, penonton pasti sustain. Film remake yang ngga laku juga banyak,” jelas Joko Anwar.
Sementara untuk proses produksi Joko Anwar juga menilai film baru dan film remake punya tingkat kesulitan yang sama. Sebab tim produksi sama-sama harus membangun semuanya dari awal.
BACA JUGA: Pengabdi Setan Menebar Benih Teror Sampai ke Mancanegara
Mulai dari pra-produksi, seperti penulisan skenario, pemilihan pemain, syuting, editing, hingga promosi.
“Sama dengan bikin film baru (tingkat kesulitan). Khusus Pengabdi Setan, buat saya itu susah banget. Karena fansnya udah banyak,” ucapnya. (ded/jpg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengabdi Setan Bikin Tara Basro Kapok Main Film Horor
Redaktur & Reporter : Adil