jpnn.com - JAKARTA - Satu tahun sudah pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama memimpin DKI Jakarta. Tepat 15 Oktober merupakan momen kepemimpinan pasangan berakronim Jokowi-Ahok dengan jargonnya Jakarta Baru.
Selama setahun, tentu ada kelemahan dari pasangan yang diusung oleh PDIP dan Gerindra itu. Menurut Peneliti The Indonesia Institute, Rommy, kelemahan itu tertutupi dengan gebrakan yang mendapatkan acungan jempol. Meskipun terobosan Jokowi-Ahok tidak jauh berbeda dari konsep para pemimpin DKI sebelumnya seperti monorel, MRT, normalisasi waduk untuk mengatasi macet dan banjir, tapi program ini ditindaklanjuti dengan aksi kongkrit dengan implementasi program yang terhitung cepat.
BACA JUGA: Desak MA Keluarkan Salinan Putusan Kasasi Sengketa Tanah
"Mereka menjadi fenomenal karena tidak hanya sebatas rencana besar dan tebar kata-kata atau tebar pesona, tapi ditindaklanjuti dengan aksi kongkrit. Misalnya terbukti dengan dimulainya konstruksi proyek MRT dan monorel yang selama puluhan tahun hanya rencana di atas kertas," kata Rommy di Jakarta, Kamis (17/10).
Jokowi-Ahok juga menunjukkan bukti integritas moral yang baik dengan memerangi korupsi dan komitmen untuk reformasi birokrasi di DKI. Ditunjukkan dengan "lelang jabatan" lurah, yang belum pernah dilakukan daerah lain di Indonesia. Masyarakat merasakan sekali dampaknya terhadap "perilaku pelayanan" dari para petugas yang sebelumnya menerapkan pola transaksional.
BACA JUGA: Terjunkan 5.484 Personel Amankan Demo Buruh
Demikian halnya dalam menyusun program dengan substansi yang pro-kebijakan, bukan pro-popularitas. Satu bulan setelah dilantik, Pak Jokowi-Ahok mengeluarkan KJS (Kartu Jakarta Sehat). "Tentunya hambatan terus ada, karena ini adalah sistem baru, misal sebelumnya ada RS yang kewalahan melayani masyarakat yang berbondong bondong berobat. Pasca 5 bulan, sudah normal kembali," ucapnya.
Selain itu, ada KJP (Kartu Jakarta Pintar). Sistem ini berbeda dengan program sekolah gratis yang umum dibuat daerah lain yang hanya meliputi biaya SPP. KJP ini untuk menutup 13 komponen biaya (seragam, sepatu, buku, transport, les ekstrakurikuler dll). Jadi,betul-betul membangun sistem,tidak hanya program sosial yang sifatnya sementara yang bertujuan untuk cari popularitas supaya terpilih lagi.
BACA JUGA: Rombongan Piknik Hanyut di Curug Lontar
Alasan lain Jokowi-Ahok menjadu fenomenal adalah pendekatan dan gaya kepemimpinannya yang merakyat, tegas, dan responsif, menjadikan rakyat DKI mencintai dua sosok ini. Gaya blusukan pak Jokowi yang responsif terhadap persoalan masyarakat dan ketegasan pak Ahok terhadap kerja aparat birokrat dinilai memenuhi aspirasi masyarakat.
"Memang masih terlalu dini menilai hanya dalam 1 tahun. Tapi, sejauh ini, masyarakat secara umum puas dengan kepemimpinan Jokowi-Ahok. Akan tetapi, kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan Jakarta Baru. Tidak hanya pemerintah yang super aktif, tapi "active citizen" lah yang lebih diharapkan," pungkas calon anggota DPD daerah pemilihan DKI Jakarta ini. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PSK Bogor Dikirim ke Sukabumi
Redaktur : Tim Redaksi