jpnn.com, JAKARTA - Petahana Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih belum memutuskan siapa yang akan jadi calon wakil presiden (cawapres) mendampinginya di pemilihan presiden (pilpres) 2019.
Pasalnya, Jokowi tengah mempertimbangkan mengambil cawapres dari partai politik (parpol) atau nonparpol.
BACA JUGA: PPP Klaim Koalisi Pendukung Jokowi Lebih Maju Selangkah
Pengamat politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan dari sisi nonpartai, siapa pun yang berpasangan dengan Jokowi dan diasumsikan menang, maka wapres itu berpeluang menjadi capres 2024.
Sedangkan jika mengambil cawapres dari parpol, Jokowi akan mempertimbangkan elektabilitas calon ini.
BACA JUGA: PKS Tidak Pernah Tergoda Dukung Jokowi
"Karena kalau dilihat elektabilitas masih di bawah 50 persen yang berarti belum aman," kata Emrus dalam diskusi Jokowi Memilih Cawapres di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (14/7).
Menurut Emrus, jika elektabilitas Jokowi mencapai 65 persen, seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadapi periode keduanya sebagai presiden, itu relatif aman.
BACA JUGA: Jokowi Berharap Budaya Antre & Tepat Waktu Terbentuk
Namun, kata dia, ketika Jokowi masih di bawah 50 persen maka secara statistik belum aman.
"Karena itu pasangan cawapres sangat penting untuk meningkatkan elektabiltiasnya," ungkap dia.
Lebih lanjut Emrus mengatakan, Jokowi juga mempertimbangkan jumlah presidential threshold (PT) dalam memutuskan cawapres. "Oleh karena itulah Pak Jokowi bisa mempertimbangkan dari partai untuk memenuhi kuota tersebut," katanya.
Dia melihat, saat ini partai pemilik kursi banyak yang merapat ke Jokowi adalah Partai Golkar. Namun, ujar Emrus, yang menjadi pertanyaan apakah parpol lain di koalisi pengusung setuju andai Jokowi dipasangkan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
"Ini menjadi satu dinamika. Karena itu, kepentingan politik jangka pendek yaitu elektabilitas, pemenuhan syarat menjadi calon, dan jangka menengah yakni pemilu 2024 akan jadi pertimbangan. Bisa jadi titik temunya nanti calon dari nonpartai," kata Emrus.
Lantas siapa yang memikat hati Jokowi? Emrus mengatakan, secara realitas politik Jokowi tidak bisa menentukan sendiri cawapresnya. Ini mengingat pasangan calon itu tidak diusulkan secara independen, melainkan lewat partai atau gabungan partai.
Dia menegaskan Jokowi pasti mendengar kepentingan-kepentingan partai. Oleh karena itu tak hanya sekadar siapa yang memikat Jokowi.
"Tapi juga siapa yang diikatkan ke hati Pak Jokowi dari partai-partai pendukung, karena bagaimanapun parpol pasti mempertimbangkan kepentingan-kepentingan politik mereka," tandas direktur EmrusCorner itu. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sinyal NasDem soal Mahfud MD Kandidat Kuat Cawapres Jokowi
Redaktur & Reporter : Boy