Jokowi Bertemu Pimpinan Bank Dunia, Bicara Soal Covid-19 dan IKN, Ada Pak Luhut Juga

Rabu, 16 Februari 2022 – 17:26 WIB
Presiden Joko Widodo menerima sejumlah pimpinan Bank Dunia di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (16/2). Biro Pers Sekretariat Presiden

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menerima sejumlah pimpinan Bank Dunia di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (16/2).

Sejumlah isu dibahas antarkedua pihak, di antaranya mengenai isu Covid-19.

BACA JUGA: Ada Perbaikan Jalan Menuju Titik Nol IKN, Presiden Jokowi jadi Berkemah? 

Pimpinan Bank Dunia yang hadir, yaitu Managing Director of Operations Axel Van Trotsenburg, Vice President East Asia and Pasific Region Manuela V Ferro, dan Country Director Indonesia Satu Kahkonen.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

BACA JUGA: Baru Pertama Mengojek, Ibu Novi Kehilangan Motor, Presiden Jokowi Tergerak

Menko Luhut menyampaikan pembicaraan pada pertemuan tersebut tidak hanya mengenai Covid-19.

"Mengenai energy transition mechanism, terus kemudian juga tadi bicara menyangkut masalah mangrove, bicara tadi ibu kota, sangat luas pembicaraan tadi, dan juga bicara mengenai sampai pada Myanmar juga," ujar Menko Luhut dalam keterangannya selepas pertemuan.

BACA JUGA: Para Wanita Pengusaha Indonesia ini Siap Bantu Presiden Jokowi di G20 dan W20

Pertemuan itu juga membahas beberapa hal penting, seperti Presidensi G20 Indonesia hingga isu-isu kawasan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menambahkan Bank Dunia memberikan dukungannya terhadap agenda-agenda G20 di Indonesia.

Menurut Sri, kepemimpinan Indonesia pada G20 yang didukung dunia internasional memegang peranan penting dalam upaya pemulihan ekonomi global selepas pandemi.

"Banyak negara yang masih tertinggal dan itu tentu perlu mendapatkan perhatian agar tema Indonesia 'Recover Together, Recover Stronger' itu bisa betul-betul terjadi di mana kepemimpinan Indonesia dan melalui dukungan dari G20, serta lembaga-lembaga internasional bisa memberikan perhatian kepada negara-negara yang masih belum bisa pulih," paparnya.

Mantan petinggi Bank Dunia itu mengungkapkan akses vaksin masih kurang untuk sejumlah negara.

Di sisi lainnya, tantangan ekonomi di dalam negeri dari negara-negara yang berpendapatan rendah menjadi tantangan yang luar biasa.

"Jadi ini adalah salah satu pembahasan untuk G20, Bank Dunia akan mendukung dan tentu kepemimpinan Indonesia penting," jelas Sri.

Pada kesempatan tersebut juga dibahas mengenai harapan agar Indonesia bisa menjadi contoh penerapan transisi energi, komitmen untuk melaksanakan Komitmen Paris, hingga menurunkan karbon sesuai dengan nationally determined contribution (NDC) Indonesia.

Namun, Sri Mulyani melanjutkan, untuk mencapai ambisi net zero di dunia, Indonesia memerlukan dukungan internasional terutama dalam hal pendanaan dan kerangka kebijakan.

"Dalam hal ini tadi pembahasannya sangat konkret karena Indonesia sudah punya sekarang mekanisme untuk membentuk carbon price, carbon market, carbon tax, dan Indonesia juga membangun renewable energy yang cukup banyak," kata Menkeu Sri Mulyani.

Presiden Jokowi juga menekankan komitmen Indonesia sangat kuat dan tidak mau bicara saja.

Namun, untuk bisa melakukan tentu aspek keuangan itu menjadi sangat penting.

Selanjutnya, pembicaraan juga membahas mengenai ketahanan pangan dunia.

Menurut Menkeu Sri Mulyani, Presiden Joowi menyampaikan perhatiannya mengenai tren kenaikan harga pangan dunia yang bisa mengancam pemulihan ekonomi dunia.

"Bapak Presiden sangat ingin bahwa pemulihan ekonomi dunia itu tidak terdisrupsi karena kenaikan harga, terutama harga pangan, yang tentu akan sangat membebani masyarakat. Oleh karena itu, perlu suatu kesepakatan global mengenai hal itu," ungkapnya.

Dalam bidang lingkungan, Bank Dunia juga memberikan dukungan untuk program penanaman kembali mangrove di Indonesia.

Sri menegaskan program tersebut bisa menjadi salah satu contoh upaya Indonesia dalam penanganan dampak perubahan iklim.

"Selain itu juga dari sisi kemampuan untuk menjaga hutan kita tidak terjadi kebakaran selama tiga tahun ini yang tentu akan sangat berbeda sekali dengan situasi di berbagai negara yang sedang menghadapi kebakaran hutan," tambahnya.

Di samping itu, dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai beberapa isu kawasan, seperti situasi di Myanmar dan masalah kemanusiaan di Afghanistan.

Presiden Jokowi menaruh perhatian besar terhadap isu kemanusiaan di dua negara tersebut.

"Masalah kemanusiaan dari penduduk di dua negara tersebut tentu menjadi perhatian bagi seluruh dunia," imbuh Menkeu. (tan/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler