Jokowi: Betapa Kejinya Ideologi Terorisme

Jumat, 18 Mei 2018 – 19:45 WIB
Presiden Joko Widodo dan santri di Pondok Pesantren Bayt Al-Hikmah, Pasuruan, Sabtu (12/5). Foto: Biro Pers Setpres

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengingatkan keluarga Indonesia berhati-hati terhadap paham radikalisme yang dikembangkan sel-sel terorisme di Tanah Air. Apalagi, sekarang mereka telah menyasar keluarga Indonesia. 

Hal tersebut disampaikan presiden ketika berbuka bersama dengan pimpinan lembaga tinggi negara, kementerian dan lembaga, tokoh agama, KADIN, HIPMI hingga APINDO, di Istana Negara, Jumat (18/5).

BACA JUGA: Pemerintah Harus Diberi Kesempatan untuk Menumpas Teroris

Saat itu, Jokowi -sapaan presiden- bercerita kembali mengenai serangan terduga teroris di Rutan Salemba Cabang Mako Brimob, Surabaya, hingga Pekanbaru. 

Namun, yang disorot Kepala Negara adalah pelibatan anak-anak dalam aksi bom bunuh diri di tiga lokasi di Kota Pahlawan.

BACA JUGA: Polisi Geledah Rumah Mewah Terduga Teroris  

"Saya lihat langsung betapa hancurnya tubuh dua orang anak pelaku bom tapi menurut saya ini korban juga yang bernama Pamela dan Fadilah, umur masih 12 dan sembilan tahun. Hancur semua tubuhnya tinggal sini ke atas," ucap Jokowi menggambarkan dengan gerak tangannya. 

Hal serupa juga terjadi terhadap anak yang jadi korban di Gereja, Nathan dan Eva yang masing-masing berumur 8 dan 12 tahun. Kemudian di Polrestabes Surabaya, Aisyah (8). Serta di Sidoarjo, korbannya masih dirawat yakni Gafara (10) dan Faisal (11)

BACA JUGA: DPR Pertanyakan Dasar Hukum Koopssusgab

Anak-anak tersebut menurut presiden, seharusnya masih dalam kondisi senang bermain-main dengan keluarga dan teman-temannya. 

"Yang ingin saya garisbawahi adalah betapa kejam dan kejinya ideologi terorisme yang sudah membawa anak-anak dalam kancah aksi aksi mereka. Saya hanya ingin ingatkan ini artinya ideologi kejam ini telah masuk dalam sendi keluarga kita, keluarga di Indonesia. Ini harus hati-hati di sini," tutur Jokowi.

Karenanya mantan gubernur DKI itu menegaskan bahwa keluarga seharusnya membangun rasa optimisme pada anak, menanamkan nilai yang baik, budi pekerti. Bukan kebalikannya. 

"Kita berharap semuanya jangan sampai ada lagi keluarga Indonesia yang hancur karena ideologi ini," pungkas mantan wali kota Surakarta itu.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Negara Harus Jamin Masa Depan Anak Polisi Korban Teroris


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler