Jokowi Bicara dengan Nada Kecewa: Kerja Masih Biasa-biasa Saja, Enggak Ada Progres Signifikan

Minggu, 28 Juni 2020 – 21:21 WIB
Presiden Joko Widodo. Foto: arsip JPNN.Com/Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menumpahkan kekecewaan dan kekesalannya terhadap kinerja para menteri di era pandemi Covid-19. Pasalnya, dia melihat para pembantunya menangani situasi krisis dengan cara yang normal-normal saja.

Hal ini terungkap lewat video sidang kabinet paripurna 18 Juni 2020, yang diunggah channel Youtube Sekretariat Presiden, pada hari ini, Minggu (28/6).

BACA JUGA: Jokowi Marah-Marah di Depan Para Menteri, Kata Reshuffle Sempat Terlontar

Saat itu Jokowi menekankan bahwa situasi yang dihadapi negara saat ini merupakan kondisi krisis. Dia lantas mengingatkan prediksi pertumbuhan ekonomi dunia yang mius 6-7,6 persen, mengutip OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development/Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi).

"Hati-hati. OECD, terakhir sehari dua hari lalu, menyampaikan bahwa growth, pertumbuhan ekonomi dunia terkontraksi enam, bisa sampai ke 7,6 persen. Enam sampai 7,6 persen, minusnya," ucap Jokowi.

BACA JUGA: Menurut Ari Junaedi Reshuffle Kabinet Dongkrak Kepercayaan Masyarakat kepada Jokowi

Bank Dunia juga memprediksi bisa minus 5 persen. Karena itu, Jokowi mengingatkan jajarannnya punya perasaan yang sama menghadapi situasi tersebut. Jangan hanya disikapi biasa-biasa saja dengan cara yang linier.

"Kalau saya lihat bapak ibu masih melihat ini sebagai situasi normal bahaya sekali. Kerja masih biasa-biasa saja. Kerjanya harus ekstra luar biasa, extraordinary. Perasaan ini tolong sama, kita harus sama perasaannya. Kalau ada yang berbeda satu saja, sudah berbahaya," tegasnya.

BACA JUGA: Pemerintah Harus Perketat Pengawasan Timah

Untuk itu, mantan gubernur DKI Jakarta ini menginginkan para pembantunya bekerja dengan cara-cara yang luar biasa. Mulai kebijakan-lebijakannya, maupun tindakan di lapangan.

"Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja, menganggap ini sebuah kenormalan. Apa-apaan ini. Mestinya, suasana itu ada semuanya. Jangan memakai hal-hal yang standar pada suasana krisis. Manajemen krisis sudah berbeda semuanya," tutur suami Iriana itu.

Dia bahkan bersedia untuk kembali menerbitkan Perppu bila itu yang dbutuhkan. Begitu pula para menteri harus mengeluarkan peraturan jika dibutuhkan untuk menangani situasi yang dihadapi negara dan 267 juta rakyat.

"Saya lihat masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Kenapa enggak punya perasaan. Suasana ini krisis," tukas Jokowi.

Kemudian, dia menyoroti belanja-belanja di kementerian yang dilaporkan masih biasa-biasa saja. Padahal, dia ingin anggaran negara bisa segera direalisasikan secepat mungkin agar uang beredar semakin banyak dan konsumsi masyarakat meningkat.

Untuk pemulihan ekonomi nasional misalnya, Jokowi menyoroti realisasi bidang kesehatan yang masih sangat kecil, baru 1,53 persen dari total anggaran sebesar Rp 75 triliun yang disediakan.

"Rp75 triliun, baru keluar 1,53 persen coba. Uang beredar di masyarakat kerem di situ semua. Segera itu dikeluarkan dengan penggunaan-penggunaan yang tepat sasaran sehingga men-trigger ekonomi," sambung mantan wali kota Solo ini.

Begitu juga untuk pembayaran tunjangan bagi dokter, dokter spesialis, tenaga medis juga harus segera dibayarkan. Termasuk belanja-belanja untuk peralatan kesehatan segera keluarkan.

Selain itu, bantuan sosial yang ditunggu masyarakat segera diasluran. Bila ada masalah, Jokowi meminta dilakukan tindakan-tindakan lapangan. Sebab, dalam suasana krisis semestinya sudah terealisasi 100 persen.

Di bidang ekonomi juga sama. Jokowi meminta stimulus ekonomi bisa masuk ke usaha kecil, usah mikro, karena mereka semua menunggu bantuan pemerintah. Kemudian usaha menengah, korporasi hingga perbankan.

"Jangan biarkan mereka mati dulu baru kita bantu, enggak ada artinya. Berbahaya sekali kalau perasaan kita seperti enggak ada apa-apa," katanya dengan nada kesal.

"Saya harus ngomong apa adanya, enggak ada progres yang signifikan enggak ada," sambung mantan pengusaha mebel ini.

Di akhir arahannya, Jokowi bahkan mengancam untuk melakukan tindakan extra ordinary untuk menangani situasi krisis ini. Baik itu langkah politik maupun kepemerintahan. Termasuk melakukan perombakan kabinet.

"Langkah apa pun yang extraordinary akan saya lakukan untuk 267 juta rakyat kita, untuk negara. Bisa saja membubarkan lembaga negara, bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya," tandas Jokowi.(fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler