Jokowi Cerita soal Papua di Selandia Baru

Selasa, 20 Maret 2018 – 06:20 WIB
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana serta Dubes Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya. Foto: Setpres

jpnn.com, NEW ZEALAND - Presiden Joko Widodo menerima pertanyaan soal Papua ketika bertemu dengan para warga negara Indonesia (WNI) di Selandia Baru, di Amopura Gathering, Museum Te Papa pada Senin (18/3).

Pertanyaan itu dilontarkan Fransiscus Orlando, salah seorang WNI asal Papua. "Bapak Presiden, apa yang menjadi motivasi Bapak sehingga begitu sering datang ke Papua?" tanya pria yang tinggal di Selandia Baru.

BACA JUGA: Berharap Presiden Jokowi Lihat Keindahan Pulau Anambas

Presiden yang hadir bersama Ibu Negara Iriana, menjawab bahwa sebagai seorang pemimpin, dia ingin melihat secara langsung kondisi masyarakat dan infrastruktur di sana, tidak hanya dari laporan saja.

Menurutnya, Indonesia bagian timur terlalu lama dilupakan dan kurang diperhatikan.

BACA JUGA: Jokowi Dorong Pengusaha Australia Berinvestasi di ASEAN

"Satu setengah bulan setelah dilantik, saya langsung terbang ke Papua. Sampai saat ini sudah tujuh kali saya datang ke Papua dan merupakan provinsi paling sering saya kunjungi.

Padahal Jakarta ke Papua butuh enam jam. Tapi ini wilayah NKRI yang harus diperhatikan," ujar presiden.

BACA JUGA: PM Turnbull: Presiden Jokowi Adalah Panutan Pemimpin Dunia

Mantan gubernur DKI Jakarta itu pun berbagi cerita dan pengalamannya ketika melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah tertinggal di Indonesia.

Salah satunya saat dia berkunjung ke Kabupaten Nduga di Papua.

"Waktu itu oleh Panglima saya tidak diperbolehkan karena itu daerah paling rawan. Saya terbang ke sana naik heli karena memang dari Wamena saja ke Nduga butuh empat hari empat malam berjalan di tengah hutan. Di Kabupaten Nduga itu aspal satu meter saja tidak ada. Inilah yang membuat saya sedih sekali. Inilah motivasi saya. Agar infrastruktur dan SDM sama dengan provinsi-provinsi lainnya," tuturnya.

Selain Fransiscus Orlando, ada dua orang lain yang juga mengajukan pertanyaan kepada Presiden.

Salah satunya adalah Reza Abdul Jabar, seorang pertani sukses yang kini memiliki 800 hektar lahan pertanian di provinsi terbesar di Selandia Baru, dan sekitar 2.000 ekor sapi.

Reza menyampaikan harapan dari diaspora Selandia Baru perihal bagaimana menghadapi generasi kedua dan ketiga mereka yang berkeinginan mempertahankan status WNI-nya.

"Kami sedikit cemas. Padahal di sini banyak yang mahir yang sangat sayang apabila mereka terganjal untuk kembali ke tanah lahirnya atau tanah ayah ibunya. Jadi kami mohonkan solusi dan fasilitasi untuk masalah ini," kata Reza.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang juga hadir dalam pertemuan itu dipersilakan Jokowi untuk menjawab langsung pertanyaan Reza. Retno mengatakan bahwa isu diaspora memang merupakan hal yang sedang didalami dan dikaji.

Dia menjelaskan bahwa pemerintah juga bekerjasama dengan para diaspora.

Ada working group mengenai masalah imigrasi, salah satunya kemungkinan dwi kewarganegaraan.

"Keputusan ini bukan keputusan mudah, perlu ada satu konsensus nasional sehingga semua pihak harus ditanya. Tapi paling tidak begini, nanti Pak Dubes akan sosialisasi kartu diaspora Indonesia, tujuan pemerintah adalah memfasilitasi WNI yang tinggal di luar negeri," jelas Retno.(fat/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Apresiasi Kerja Sama Maritim Indonesia-Australia


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler