Jokowi: Dorong Etos Kerja Masyarakat

Rabu, 10 Februari 2016 – 02:12 WIB
Presiden Jokowi. FOTO: DOK.JPNN.com

jpnn.com - LOMBOK – Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyentil media massa pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang dihelat di Mandalika, satu kawasan yang tengah dirancang Kementerian Pariwisata RI sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, Lombok Tengah, NTB.

Tetapi “selentikan” orang nomor satu di Republik ini justru menjadi penanda kecintaannya terhadap pers agar tetap menjadi mitra strategis di masa depan. Kritik presiden itu ibarat pil pahit yang menyehatkan kehidupan pers saat ini.

BACA JUGA: Anggaran Tangani Kasus Korupsi Menyusut

Hubungan pers dengan pemerintah saat ini dan beberapa tahun yang lalu sangatlah berbeda. Jika dahulu, tekanan kepada pers itu datang dari pemerintah, tapi sekarang berbalik, justru pers yang menekan pemerintah.

“Kalau dulu pers ditekan, berita langsung yang baik-baik. Sekarang justru pers yang menekan pemerintah,” ujar Presiden.

BACA JUGA: Enam ‎Sumber Dana Honorer K2 Datang ke Jakarta

Mantan Gubernur DKI ini menyadari, selama ini banyak disupport oleh pers. Bertahun-tahun, Presiden Jokowi ditempatkan sebagai media darling. Dicintai media, diharapkan bisa membuat perubahan besar di Indonesia. Bahkan sampai saat ini pun, dia masih dielu-elukan media. Kata-katanya masih dipercaya oleh media.

Jokowi mengapresiasi tema HPN tahun 2016 ini yaitu “Pers Yang Merdeka Mendorong Poros Maritim dan Pariwisata Nusantara”.

BACA JUGA: Honorer K2 Demo Besar, Ini ‎Atribut yang Harus Dikenakan

Poros Maritim dan Pariwisata, dua hal yang sedang getol-getolnya dieksplorasi oleh Presiden Jokowi. Wajar jika di beberapa destinasi prioritas, Presiden Jokowi langsung hadir dan memberi arahan seperti di Borobudur, Tanjung Lesung, Labuan Bajo, Mandalika sampai ke Raja Ampat, Papua.

Meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) 2015 hinggal 10,3 persen, capaiannya di atas proyeksi, dan jauh mengalahkan total growth Malaysia (-9%) dan Singapore (0 persen) cukup membuatnya bangga dan semakin optimis.

Presiden Jokowi yang hadir bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo itu berharap agar seluruh insan pers dan media massa turut membangun optimisme, etos kerja masyarakat, produktivitas masyarakat, dan bukan sebaliknya.

“Kadang media justru mempengaruhi kita menjadi pesimisme dan juga banyak yang terjebak pada berita-berita yang sensasional. Apalagi kalau ditambah pendapat pengamat,” kritik Presiden Jokowi.

Jokowi menyadari, di era kemerdekaan pers ini, setiap hari dibanjiri informasi. Kita dihadapkan oleh berbagai opini, data, informasi yang beragam bahkan terkadang status di media sosial pun bisa jadi berita. Informasi itu sangatlah beragam maknanya, jika diibaratkan ada yang layaknya jamu, vitamin atau bahkan pil pahit yang menyehatkan. Tetapi juga ada yang sekadar informasi yang bisa mengganggu akal sehat.

Presiden sempat memberikan contoh beberapa judul berita di media yang mengganggu pikiran masyarakat. Misalnya, ‘Indonesia Diprediksi Akan Hancur’, 'Semua Pesimis Target Pertumbuhan Ekonomi Tercapai', 'Pemerintah Gagal Aksi Teror, Tak Akan Habis Sampai Kiamat-pun', 'Kabut Asap Tak Teratasi Riau Terancam Merdeka'. Bahkan menurut Presiden, ada berita yang lebih seram, 'Indonesia Akan Bangkrut, Hancur. Rupiah Akan Tembus Rp 15.000, Jokowi-JK Akan Ambyar.' 

“Kalau judul seperti ini diteruskan di era kompetisi seperti ini, yang muncul adalah pesimisme, sebuah etos kerja yang tidak terbangun dengan baik. Yang muncul adalah hal-hal yang tidak produktif, bukan produktivitas,” tegas Jokowi mengingatkan insan pers itu.

Menurut Jokowi, pada era persaingan antar negara ini yang dibutuhkan di dalam negeri adalah membangun kepercayaan.

Menurut Jokowi, ahwa tanpa kepercayaan jangan berharap akan terjadi aliran arus uang, investasi dan modal yang masuk.

“Kepercayaan itu yang bisa bangun adalah media, pers. Persepsi muncul karena berita-berita,” ujar Presiden.

Menteri Pariwisata Arief Yahya sering menyebut “Indonesia Incorporated", untuk kepentingan bangsa, demi kejayaan negeri, dan semua unsur harus bersatu. Karena "musuh" atau rival kita itu bukan kita sendiri, tetapi bangsa-bangsa lain.

Arief juga menempatkan media massa sebagai satu unsur yang sama pentingnya dengan empat unsur lain dalam Pentahelix. “Academition, Business, Goverment, Community, dan Media,” ujar Arief Yahya.(dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Senator: Penanganan DBD Juga Fokus ke Sekolah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler