Jokowi-JK Dipilih Muslim Kota

Jumat, 06 Juni 2014 – 05:47 WIB
Jokowi-JK Dipilih Muslim Kota. JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Lembaga survei Alvara Research Center menegaskan bahwa pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memiliki elektabilitas lebih tinggi di kalangan muslim kota, yaitu sebesar 38,8 persen dibanding Prabowo Subianto-Hatta Radjasa sebesar 29 persen. Pasalnya, pasangan ini dinilai lebih plural.

"Jokowi-JK lebih unggul dalam pemilih di kalangan muslim kota. Dengan selisih suaranya dibanding Prabowo-Hatta sebesar 9,8 persen," kata CEO Alvara Hasanudin Ali, dalam pemaparan rilisnya di Jakarta, Kamis (5/6).

BACA JUGA: Prabowo-Hatta Unggul di Medsos

Menurut Hasanudin, pemilih dari pasangan nomor urut 2 itupun lebih banyak dipilih pada  segmen muslim kota yang nasionalis religius. "Muslim Nasionalis-Relegius di muslim yang kota yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan di kelompok ini warganya lebih mengedepankan pluralisme. Karena mereka memaknai Islam sebagai agama yang cinta damai dan melakukan ritual keagamaan lokal sesuai tradisi," terangnya.

Untuk kelompok ini, kata Hasanudin, besarnya mencapai 46,3 persen dari segmen muslim kota lainnya. Disusul kelompok Muslim Religius sebesar 25,3 persen yang memiliki ciri setuju dengan perda syariah dan lebih berpandangan keagamaan secara konservatif.

BACA JUGA: Kunjungi Cenderawasih Pos, Jokowi Bedah Persoalan Papua

Kemudian kelompok lainnya adalah Religius-Nasionalis sebanyak 18,7 persen. Meski tergolong moderat karena tidak menginginkan adanya syariat agama, namun kelompok ini tetap mengutamakan ritual islam yang murni. "Dan kelompok terakhir adalah muslim Ultra-Religius sebanyak 9,7 persen. Kelompok ini lah yang pandangannya sangat konservatif yang setuju dengan penerapan syariat agama di tataran negara dan tidak suka dengan agama lain," jelasnya.

Sementara, Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) merilis hasil survei terbarunya mengenai tingkat elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden di awal bulan Juni ini. Hasilnya, elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta Rajasa terus meningkat pasca Deklarasi Damai 3 Juni 2014 lalu yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

BACA JUGA: Di Papua, Jokowi Disambut Layaknya Presiden Ketujuh

"Berdasarkan hasil Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) yang melakukan jejak pendapat via telepon pada 1-4  Juni 2014. Prabowo-Hatta mendapat perolehan suara 44,9 persen, mengungguli duet Jokowi-Jusuf Kalla dengan 40,1 perseb, sedangkan responden yang menjawab tidak tahu masih ada sebesar 15 persen," kata Direktur Eksekutif SPIN, Igor Dirgantara dalam Public Expose di Jakarta, Kamis (5/6).

Igor menjelaskan, Calon Presiden nomor urut 1 itu pun menerima banyak pujian usai menyampaikan pidato pada acara Deklarasi Pemilu Presiden 2014 Berintegritas dan Damai yang diselenggarakan oleh KPU tersebut. "Selain itu, perpaduan kandidat presiden yang berlatar belakang militer-jawa dengan wapres dari kalangan sipil/luar Jawa, ternyata masih menjadi primadona masyarakat, yaitu 43,7 persen, dibanding kombinasi capres Sipil-Jawa dengan wapres sipil-non jawa, (41,3 persen)," ungkapnya.

Menurut Igor, trend kenaikan tingkat keterpilihan pasangan Prabowo-Hatta eqivalen dengan ketidakpercayaan publik terhadap isu negatif Prabowo yang selama ini dicitrakan sebagai sosok pemarah dan emosional. Pasca pengambilan nomor urut capres-cawapres di KPU dan Deklarasi Damai di Hotel Bidakara, masyarakat lebih melihat sosok mantan Danjen Koppasus tersebut yang semakin humanis dan bersahabat.

"Publik merespon positif prilaku politik Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, yang sudah mengucapkan selamat dan terima kasih kepada banyak pihak, termasuk kompetitornya Jokowi-JK. Sebaliknya, publik kurang mengapresiasi sikap Jokowi yang sering dicitrakan sopan, tapi tampak tegang, dan terlihat enggan membalas ucapan bersahabat dari lawan politiknya," tutur Igor.

Padahal menurutnya, di negara demokrasi paling maju seperti Amerika saja, saling sebut antara kontestan di depan khalayak sudah menjadi keharusan saat pendeklarasian bersama. Hal ini penting untuk menunjukkan kedewasan dalam berpolitik, dan menghindari sikap politik kekanak-kanakan.

Lebih jauh Igor menjelaskan, Jelang Pilpres 9 Juli, masyarakat cenderung dipengaruhi  oleh fakta informasi terbaru atas penampilan dua pasangan capres-cawapres yang menunjukkan karakter mereka sebenarnya, berupa faktor-faktor simbolis yang terpancar dari aura emosional masing-masing kandidat, seperti kesopanan dan rasa percaya diri.

"Jadi, menunjukkan rasa persahabatan pada masyarakat dalam kompetisi pilpres yang damai dan berintegritas adalah perlu," tegasnya. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Moeldoko Minta Pati TNI Lahirkan Pemikiran Cerdas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler