jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengecam pihak-pihak yang membawa kebencian dan intoleransi dengan mengatasnamakan agama. Pria yang akrab disapa Jokowi itu dalam pertemuan terakhir dalam rangka penyelenggaraan KTT ke-37 ASEAN, Minggu (15/11).
"Presiden menyampaikan pentingnya menjaga kemajemukan dan toleransi. Di tengah pandemi seperti saat ini, presiden menyampaikan keprihatinan masih terus terjadinya intoleransi beragama dan kekerasan atas nama agama," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers virtual.
BACA JUGA: Honorer Tenaga Kependidikan: Siapa Tahu Presiden Jokowi Singgah di Toko Kami
Retno menjelaskan, pihak-pihak tersebut tidak boleh dibiarkan untuk berkembang. Sebab, apabila dibiarkan, maka persatuan bangsa dan internasional akan terancam.
"Kalau ini dibiarkan maka hanya akan mencabut harmoni dan menyuburkan radikalisme dan ekstremisme. Presiden menyampaikan bahwa hal ini tidak boleh terjadi," jelas Retno.
BACA JUGA: Hendardi: Membiarkan Kerumunan Pengagum Habib Rizieq Bukti Kegagapan Jokowi
Retno menerangkan, saat ini dunia sedang membutuhkan persatuan, persaudaraan, dan kerja sama untuk mengatasi covid19 dan tantangan global lainnya.
"Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia berpandangan bahwa kebebasan berekspresi tidak bersifat absolut. Nilai lambang dan sensitivitas agama harus selalu dihormati," jelas Rerno.
BACA JUGA: Buka MTQ Nasional, Jokowi Minta Umat Islam di Indonesia Selalu Berkata Baik
Di saat yang sama, lanjut Retno, Indonesia mengutuk segala bentuk kekerasan dengan alasan apa pun. Terorisme tidak ada kaitannya dengan agama. Presiden mengajak Sekjen PBB untuk terus bekerja sama memperkuat toleransi, mencegah ujaran kebencian, dan menolak kekarasan atas alasan apa pun.
"Pernyataan presiden mengenai terus perlunya diperkuat kerja sama toleransi dan mencegah ujaran kebencian ini, secara khusus mendapat tanggapan positif dari Sekjen PBB," jelas dia. (tan/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga