jpnn.com, JAKARTA - Politikus muda PDI Perjuangan Maruarar Sirait meyakini upaya memojokkan Presiden Joko Widodo demi menggerus elektabilitas kepala negara yang beken disapa dengan panggilan Jokowi itu pasti akan sia-sia. Sebab, elektabilitas Jokowi tetap tertinggi dibanding tokoh lain termasuk Prabowo Subianto.
Ara -panggilan Maruarar- menyatakan hal itu dalam diskusi hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertema Politik Nasional Pasca-Pilkada DKI Jakarta di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (8/9). Merujuk hasil survei terbaru SMRC, elektabilitas Jokowi jauh mengungguli Prabowo, yakni 34,1 persen berbanding 17,2 persen.
BACA JUGA: Anak Buah SBY Harapkan Jokowi Kumpulkan Semua Ketum Parpol
Bahkan jika pemilihan presiden head to head Jokowi melawan Prabowo, lagi-lagi mantan wali kota Solo itu unggul. Yakni 53,7 persen berbanding 37,2 persen.
Merujuk temuan SMRC melalui survei terhadap 1.350 responden pada 14-20 Mei 2017, Pilkada DKI 2017 juga tak berefek pada signifikan pada politik nasional. Bahkan elektabilitas PDI Perjuangan sebagai partai utama penyokong pemerintah tetap tertinggi, yakni 21,7 persen.
BACA JUGA: Jokowi Sudah Jadi Figur Utama di PDIP
Politikus senior Golkar Yorrys Raweyai (paling kiri) bersama Maruarar Sirait dari PDIP (tengah) dan Waketum Gerindra Ferry Juliantono dalam diskusi hasil survei SMRC di Jakarta, Kamis (8/6).
BACA JUGA: 31 Persen Masyarakat Tak Puas Kinerja Jokowi
Sedangkan Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo berada di peringkat kedua dengan elektabilitas 9,3 persen. “Efeknya Pak Jokowi makin unggul daripada Pak Prabowo Subianto dan PDI Perjuangan makin unggul daripada Gerindra,” kata Ara.
Dalam diskusi yang dihadiri Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono dan politikus Golkar Yorrys Raweyai itu Ara menjelaskan, upaya mendegradasi elektabilitas Jokowi akan mubazir karena mantan gubernur DKI itu punya kinerja baik. Buktinya, tingkat kepuasan publik pada kinerja Jokowi di angka 67 persen.
“Kalau bicara ekonomi dari data survei ekonomi Indonesia makin membaik. Dan secara politik banyak yang menduga Jokowi tidak mampu mengatasi tekanan selama delapan hingga sembilan bulan ini, tapi terbukti dapat dilalui,” tutur Ara.
Ketua umum Taruna Merah Putih itu menambahkan, masyarakat juga percaya penegakan hukum di era Jokowi berjalan baik. Buktinya, Jokowi tidak mengintervensi kasus hukum yang menjerat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam perkara penodaan agama.
“Rakyat tahu Jokowi-Ahok memiliki hubungan yang bagus. Tapi soal hukum Jokowi tidak mau intervensi,” tutur Ara.
Putra politikus senior Sabam Sirait itu pun tak menampik ada pihak yang tak mau mengakui kenyataan tentang keunggulan Jokowi atas Prabowo. Namun, kenyataan tetap tak bisa ditangkal.
“Pasti tidak akan mudah menerima kenyataan itu. Saya berusaha menerima kekalahan Ahok dan Ferry harus bisa menerima kenyataan bahwa Prabowo masih di bawah Jokowi,” ujar Ara yang langsung disambut gelak tawa dari pembicara dan peserta diskusi.
Sedangkan Ferry mengatakan, kemenangan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga S Uno telah memengaruhi situasi politik nasional. Bahkan, mantan aktivis itu meyakini elektabilitas Prabowo terdongkrak pasca-kemenangan Anies-Sandi di DKI.
Ferry mendasarkan keyakinaannya pada maskin masifnya haters atau pembenci Jokowi di medsos. “Jumlah heter di media sosial semakin meningkat dibanding tahun sebelumnya,” ulasnya.
Selain itu, belakangan ini langkah Jokowi juga menuai kritik luas. “Ungkapan gebuk, tendang juga menuai kritik masyarakat karena dinilai tidak sesuai dengan kepribadian Jokowi yang dinilai sosok yang santu,” imbuhnya.(ysa/rmol/jpg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pilkada DKI Tak Berefek pada Ekonomi dan Politik
Redaktur & Reporter : Antoni