Jokowi Sebut Proyek Ini Butuh Investasi USD 367 Miliar, Lihat Siapa Menteri di Belakangnya

Sabtu, 14 Mei 2022 – 12:28 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengikuti pertemuan para pemimpin negara-negara ASEAN dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat (13/5). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

jpnn.com, WASHINGTON DC - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai penanganan perubahan iklim membutuhkan investasi yang besar dari negara-negara maju di dunia.

Dia juga menyampaikan tiga poin penting terkait penanganan perubahan iklim dalam pertemuan para pemimpin negara-negara ASEAN dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat (13/5).

BACA JUGA: Di Hadapan Wapres AS dan Pemimpin Negara ASEAN, Jokowi Nilai Proyek Ini Perlu Digarap Bersama

“Pembiayaan iklim yang harus terpenuhi, kerja sama transisi energi diperkuat, dan investasi di ekonomi hijau harus ditingkatkan,” ungkap presiden dalam pertemuan tersebut yang khusus membahas isu perubahan iklim, transformasi energi bersih,dan infrastruktur yang berkelanjutan.

Terkait pembiayaan iklim, mantan gubernur DKI Jakarta itu mendorong komitmen negara maju lainnya untuk memenuhi pencapaian Nationally Determined Contributions (NDC) secara global.

BACA JUGA: Prabowo-Puan Punya Komitmen Melanjutkan Program Jokowi

Menurut Presiden Jokowi, pada periode 2000-2019, ASEAN hanya memperoleh USD 56 miliar atau sekitar 10 persen dari total dukungan pembiayaan iklim negara maju.

“Saya harus terus terang bahwa komitmen negara maju untuk implementasi isu pembiayaan iklim sangat rendah. Kondisi ini menjadi penghambat pencapaian NDC secara global,” jelas presiden.

BACA JUGA: Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Khalifa Meninggal Dunia, Luhut: Sosoknya Mirip Jokowi

Selain itu, Presiden Jokowi mengatakan ASEAN berkomitmen meningkatkan proporsi energi baru terbarukan dari 14 persen pada 2018 menjadi 23 persen pada 2025.

“Upaya ini memerlukan investasi dan teknologi setidaknya USD 367 miliar di sektor energi bersih. Di Indonesia, transisi energi delapan tahun ke depan membutuhkan USD 30 miliar," ucap Presiden Jokowi.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan potensi besar yang dimiliki Indonesia terkait transisi energi. Yaitu energi terbarukan sekitar 437 GW baik dari surya, bayu, maupun panas bumi yang saat ini pemanfaatannya baru mencapai 0,3 persen dari total potensi.

“Indonesia juga miliki potensi besar sebagai hub pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan yang akan kami butuhkan lima tahun ke depan," kata Presiden Jokowi.

Sementara itu terkait investasi ekonomi hijau, Presiden Jokowi mengungkapkan potensi peluang investasi yang besar dalam pengembangan ekonomi hijau. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme yang mempertemukan tidak saja sektor pemerintah, tetapi juga dunia usaha.

“Investasi di sektor infrastruktur hijau bisa menjadi unsur penting kolaborasi ASEAN-AS yang membutuhkan setidaknya USD 2 triliun dalam satu dekade mendatang," pungkas presiden.

Tampak hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim John Kerry, Menteri Energi AS Jennifer M. Granholm, dan Menteri Transportasi AS Pete Buttigieg.

Turut mendampingi Presiden Jokowi, yaitu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani, sementara Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengikuti acara di ruangan terpisah. (tan/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukung Kebijakan Pak Jokowi, Henry Indraguna Gelar Bazar Minyak Goreng Murah


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler