"Jalan tolnya seperti apa juga belum dipresentasikan. Saya ingin menggerakkan orangnya, bukan menggerakkan mobilnya," kata Jokowi kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (22/11).
Jokowi mengaku akan menolak apabila enam jalan tol itu hanya memberi fasilitas pada pengguna kendaraan pribadi saja. Tetapi, jika proyek tersebut menunjang fasilitas angkutan umum, maka ia akan menyetujuinya.
Menurutnya, saat ini ia ingin memfokuskan diri pada pembangunan sistem transportasi umum. Karena itu proyek MRT dan monorail menjadi pilihan utama untuk dikaji.
"Blue print (transportasi massal)-nya sudah ada, konsepnya sudah ada. Kalau tidak segera saya eksekusi, kapan kita bisa punyanya," ucap mantan Walikota Surakarta tersebut.
Meski begitu, ia menolak jika dirinya dianggap antipembangunan jalan tol. Ia hanya beranggapan bahwa sarana transportasi umum lebih berguna sebagai solusi masalah kemacetan Jakarta dibanding penambahan jalur tol.
"Bukan menolak, tapi memberikan prioritas pada fasiltas transportasi massal. Kalau prioritas ke jalan tol maka itu memberikan prioritas kepada mobil," sambungnya.
Sekedar diketahui, sejak tahun 2005 Kementerian PU telah merencanakan pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota di Jakarta.
Keenam ruas jalan tersebut adalah Kampung Melayu-Kemayoran (9,6 km), Semanan-Sunter lewat Rawabuaya Duri Pulo (22,8 km), Kampung Melayu-Duripulo lewat Tomang (11,4 km), Sunter-Pulogebang lewat Kelapa Gading (10,8 km), Ulujami-Tanah Abang (8,3 km), dan Pasar Minggu-Casablanca (9,5 km). Total anggaran untuk menyokong pembangunan ini mencapai Rp42 triliun. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satu Jam, Bogor Kirim Sejuta Air ke Jakarta
Redaktur : Tim Redaksi