jpnn.com, JAKARTA - ENTAH serius atau bercanda, Jokowi mulai memberikan bocoran mengenai nama-nama kandidat cawapres yang ada di kantongnya. Empat di antara lima nama itu sudah tertebak.
Mereka adalah Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Gubernur NTB TGB Muhammad Zainul Majdi, dan mantan Ketua MK Mahfud MD.
BACA JUGA: Samijo Garansi Jokowi Menang Pilpres 2019 di Banten
Tinggal satu nama di kantong Jokowi yang misterius. Nama Muhaimin disebut saat Jokowi mengajak Muhaimin meresmikan venue Asian Games di Palembang. Tiga nama lainnya muncul saat mereka mendampingi Jokowi memberikan kuliah umum di Akademi Bela Negara (ABN) Nasdem di kawasan Pancoran, Jakarta. Ketika ditanya wartawan apakah nama tiga tokoh yang diajak itu masuk kantong, Jokowi mengiyakan. ”Masuk, masuk kantong,” kata Jokowi.
Mantan wali kota Solo itu mengatakan memiliki banyak kantong sehingga memungkinkan adanya banyak nama. ”Harus dimengerti ya. Kantong saya itu nggak cuma satu. Kantong luar ada, kantong dalam ada. Kantong celana ada kanan dan kiri. Masih ada kantong belakang juga,” imbuhnya.
BACA JUGA: Bicara Harga Telur Ayam, Prabowo Singgung Wajah Wartawan
Muhaimin semakin menggebu-gebu setelah namanya disebut Jokowi. Berbeda dengan Mahfud MD yang masih malu-malu. Ketika ditanya soal kesiapannya menjadi cawapres Jokowi, Mahfud juga enggan berkomentar. ”Nanti jawabannya ke Pak Jokowi aja lah,” kata guru besar hukum tata negara Universitas Islam Indonesia (UII) itu.
TGB juga menanggapi santai pernyataan Jokowi yang menyebut namanya menjadi satu sosok yang digodok. Menurut dia, itu sepenuhnya hak prerogatif presiden. ”Semua yang baik disyukuri saja, semua yang baik disyukuri,” ujarnya.
BACA JUGA: KPK Jerat Irwandi, Eks Kombatan GAM Beri Warning ke Jokowi
Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menebak cawapres yang akan dipilih Jokowi cenderung berlatar belakang santri. ”Isu yang paling besar menerpa Pak Jokowi adalah SARA. Isu ekonomi ada, tapi ujungnya juga mengarah ke SARA. Selain santri yang mampu menangkal, yang punya peluang adalah tentara,” kata Qodari.
Kriteria terakhir, lanjut Qodari, cawapres Jokowi harus bisa diterima Megawati Soekarnoputri. ”Kalau Bu Mega gak setuju, saya kira sulit. Jadi, bisa dilihat mana yang peluangnya besar,” ujarnya.
Ada satu nama lagi yang punya ambisi menjadi cawapres Jokowi. Yakni, Jusuf Kalla (JK). Sumber di istana menyebutkan, apabila secara hukum bisa kembali dipilih, JK akan menjadi opsi utama bagi Jokowi. JK terganjal aturan pada UU Pemilu yang membatasi presiden dan wakil presiden hanya dua periode.
Partai Perindo mengupayakan JK bisa menjadi cawapres lagi dengan mengajukan judicial review UU Pemilu. Sidang gugatan itu akan dimulai 18 Juli. Namun, langkah tersebut sepertinya sulit karena pasal 7 UUD 1945 juga secara eksplisit melarang presiden dan wakil presiden bisa dipilih sekali lagi. Perindo menafsirkan lain pasal 7 UUD 1945 itu.
Jokowi memang masih terkesan sangat kuat. Kalau Jokowi terlalu kuat, bisa saja calon tunggal terjadi pada pilpres mendatang. Jokowi tentu tidak akan happy dengan wacana calon tunggal tersebut. Sebab, ada pengalaman pilwali Kota Makassar dengan calon tunggal yang kalah oleh kotak kosong.
Komisioner KPU Hasyim Asyari menolak berandai-andai bila paslon tunggal dalam pilpres benar-benar terjadi. ’’KPU berharap calonnya lebih dari satu,’’ tambahnya. Saat ini peraturan KPU tentang pencalonan presiden dan wakil presiden sedang masuk proses pengundangan di Kemenkum HAM.
KPU menyiapkan aturan khusus pada saat perpanjangan masa pendaftaran paslon. Khususnya, bila masih ada sejumlah parpol yang bila berkoalisi bisa memenuhi presidential threshold, tapi tidak mencalonkan sehingga calonnya tetap tunggal. Partai-partai tersebut akan diberi sanksi dilarang ikut berkontestasi dalam pileg dan pilpres berikutnya.
Ketua DPP Partai Amanat Nasional Yandri Susanto menuturkan, mekanisme pasangan calon tunggal dalam UU Pemilu memang dibuat sebagai antisipasi. Namun, itu tidak berarti bahwa ada peluang besar bagi Presiden Jokowi untuk maju bersama cawapresnya menjadi pasangan calon tunggal.
BACA JUGA: PKS: Masih Banyak yang Lebih Baik dari Jokowi
”Kami lihat Pak Jokowi sudah cukup (dukungan) partainya. Perahunya bahkan, istilah saya, sudah sangat sesak,” kata Yandri. Karena itu, kata Yandri, PAN berkhidmat untuk menghindari calon tunggal. Menurut dia, dengan kekayaan yang dimiliki Indonesia, tidak sepatutnya Indonesia menjadi gagap demokrasi dengan hanya memiliki pasangan calon tunggal di pilpres.
”Penduduk Indonesia 250 juta, banyak anak bangsa hebat, gak mungkin menurut saya satu pasang,” ujarnya. (far/lum/bay/byu/c10/tom)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prabowo Ingin Gandeng BG Jadi Cawapres? Hasto Bilang Begini
Redaktur : Tim Redaksi