Jono Mati, Sasa Stroke, Ada Idi tapi Merasa tak Cocok

Rabu, 29 April 2015 – 07:16 WIB
Ekspresi Sasa saat dirawat oleh Lasjiono, penjaga primate di KBS. Foto: Dipta Wahyu/Jawa Pos

jpnn.com - SURABAYA – Sasa, simpanse koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS), menjalani masa pemulihan dari stroke yang diderita sejak Maret lalu.

Bagian kanan tubuh satwa berusia 33 tahun tersebut seolah lumpuh. Bahkan, mulut satwa asli Afrika itu tidak bisa bergerak dengan normal.

BACA JUGA: Seorang Ibu Muda dan Dua Tetanganya Terbakar Saat Isi Bensin Sepeda Motor

Selasa (28/4) satwa dengan nama latin Pan troglodytes tersebut tidak banyak bergerak di dalam kadang besinya. Dia hanya duduk diam di atas karung goni yang melapisi lantai kandang dari semen.

Lasjiono, 42, penjaga simpanse, terlihat memberikan melon yang sudah dikupas. Pria yang sudah 13 tahun bekerja di KBS itu lantas membersihkan kandang tersebut. Dia juga mengelap mulut Sasa yang berlepotan. ”Kondisinya sekarang sudah jauh lebih baik,” kata dia.

BACA JUGA: Suami Muda Dilarang Masuk, Tujuh Mahasiswi Ini Babak Belur Dihajar Ibu Kos

Lasjiono menceritakan, di awal terserang stroke, Sasa hanya bisa berbaring lemas. Dia kesulitan untuk bangun. ”Apalagi saat menstruasi, dia tidak mau makan,” kata pria yang sudah enam tahun menjaga Sasa tersebut.

Meskipun kondisinya mulai membaik, Sasa belum bisa berjalan seperti biasa. Tangan dan kaki kanannya belum bisa digerakkan dengan leluasa. Untuk makan saja, Sasa harus menggunakan tangan kiri.

BACA JUGA: Wow! Nelayan Tangkap Ikan Seberat 1 Ton, Bentuknya Aneh

Lasjiono kadang meminumkan jus buah dengan tabung suntik tanpa jarum. ”Sekarang mintanya buah yang enak-enak. Buah melon, pir, apel merah, dan pisang hijau,” ujar pria asal Lamongan itu.

Dia menduga Sasa terserang stroke setelah ditinggal mati Jono, simpanse jantan koleksi KBS. Jono meninggal sekitar setahun lalu akibat radang paru-paru. ”Mungkin Sasa kesepian. Biasanya ke mana-mana sama Jono,” tambahnya.

Koleksi simpanse KBS saat ini tinggal dua ekor. Selain Sasa, ada Idi, simpanse jantan berusia sekitar 30 tahun. Tapi, tampaknya Sasa kurang cocok dengan Idi.

Dokter hewan Glen Kartiko yang merawat Sasa menerangkan, saat ini simpanse itu menjalani perawatan dengan obat-obatan herbal dari Tiongkok. Obat berupa cairan tersebut diberikan lewat mulut, tidak dengan injeksi. ”Kami khawatir kalau injeksi nanti malah bisa stres,” katanya.

Sebelum beralih ke pengobatan herbal itu, sebenarnya Sasa juga mendapatkan perawatan dengan obat pabrikan. Tapi tidak terlalu membuahkan hasil. ”Sekarang juga diberi sinar khusus agar bisa merangsang otot sarafnya,” ujar Glen. Sasa sebenarnya tidak pernah sakit sampai separah itu. Biasanya dia hanya terkena diare.

Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama Perusahaan Daerah Taman Satwa KBS Aschta Nita Boestani Tajudin menegaskan bahwa pihaknya sangat serius dalam mengurusi satwa yang dipelihara. Termasuk yang sedang sakit. ”Kami berupaya semaksimal mungkin merawat satwa yang sakit,” ujar dia.

Meskipun begitu, Sasa tidak dirawat di tempat karantina. Sebab, ia dianggap lebih nyaman di kandangnya sekarang. Pengelola khawatir, bila dipindahkan ke lokasi baru, Sasa bisa stres. "Lantaran sakit, Sasa tidak kami taruh di kandang peraga,” ujar Aschta. (jun/c9/oni)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Omzet PSK Online 10 Juta per Bulan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler