Di saat anak-anak Australia lainnya mencari uang saku dengan mengantarkan koran, memotong rumput, atau membantu melakukan tugas di rumah, Josh Murray memilih untuk menjual telur.

Ia mulai dengan menjual telur saat berusia 9 tahun dari ayam-ayam yang dimiliki keluarganya.

BACA JUGA: Warga Asal Indonesia di Australia Ini Masih Bekerja dan Menikmati Pekerjaan Di Atas Usia 60 Tahun

Lebih dari satu dekade kemudian, Josh, yang kini berusia 21 tahun sudah menjual 40 juta butir telur dan mendonasikan satu juta teluar ke sebuah yayasan amal.

"Saat itu saya berusia sembilan tahun dan berjiwa kapitalis ," kata Josh. 

BACA JUGA: Perjuangan Warga Australia Untuk Bisa Kembali Bersama Anjing Kesayangannya Asal Bali

"Saya ingin membeli Lego dan orang tua saya tidak mau memberikannya kepada saya begitu saja. [Mereka] menyarankan saya untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat saya berguna."

"Saya sempat tersinggung saat itu, tapi kemudian melihat kami punya beberapa ayam"

BACA JUGA: Australia Tak Akan Kirim Perwakilan Dalam Pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Beijing

"Itu jadi hal yang paling mudah bagi saya untuk dijadikan uang." Berhasil menembus supermarket 

Dari kawasan pertanian keluarganya di Monegeetta, negara bagian Victoria, hingga pasar dan pedagang, Josh dan ibunya, Tamsyn, mengembangkan bisnis mereka secara perlahan-lahan.

Tidak lama kemudian, mereka dapat menembus jaringan supermarket.

Tamsyn mengatakan ia adalah ibu pekerja keras, yang ada di belakang putranya yang kini jadi pengusaha telur.

"Josh membuat lelucon jika ia menciptakan pekerjaan penuh waktu untuk saya," katanya. 

Menurut Tamsyn, bisnis mereka sudah berkembang pesat selama 12 tahun terakhir. 

"Kami sekarang sudah menjual lebih dari 40 juta telur," katanya.  

"Dua telur dianggap sebagai makanan lengkap, jadi kami sudah menyediakan 20 juta porsi makanan dalam tujuh tahun terakhir."

“Kami juga menyumbangkan telur ke yayasan amal. Baru-baru ini kami menghitung jumlahnya saat itu mencapai 996 ribu terlur."

"Sekarang sudah mencapai satu juta telur. Kita tak percaya jika sudah menyumbangkan satu juta telur.”  Fokus pada keberlanjutan

Meskipun pertumbuhan sangat besar selama beberapa tahun terakhir, keluarga Murray terus mempertahankan fokus mereka pada pertanian yang keberlanjutan. 

"Ayam bisa sangat merusak lingkungan, mereka memakan segalanya dan kotorannya sangat asam," kata Josh.

"Jika ayam dibiarkan terlalu lama di satu tempat, tanah menjadi padat dan jadinya kita tak akan bisa menanam apa pun setelah itu."

“Oleh karena itu, kandang ayam kami dipindahkan agar memberikan kesempatan bagi lahan untuk regenerasi."

"Sebagai seorang pemuda, saya melihat satu-satunya cara kami dapat bergerak maju adalah membuatnya menjadi perternakan yang keberlanjutan dan berhenti merusak bumi." Telur karbon netral 

Saat ini keluarga Murray memiliki cita-cita untuk membuat telur yang karbon netral. 

"Kami sedang bekerja sama dengan sebuah perusahaan di Melbourne yang menggunakan protein dari serangga [yang lebih ramah lingkungan]," kata Tamsyn. 

"[Dengan metode ini,] larva lalat hitam memakan sisa makanan."

"Kami sedang ingin mengganti kedelai dengan protein serangga, karena kedelai ditemukan di semua pakan ternak.”

"Dengan melihat potensi menggunakan protein serangga, juga energi berkelanjutan, tujuan terakhir kami adalah menciptakan telur karbon netral."

Artikel ini diproduksi oleh Mariah Papadopoulos dari laporan dalam bahasa Inggris

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sektor Manufaktur Banyak yang Menerapkan Konsep MSP Business

Berita Terkait