jpnn.com - jpnn.com - Beberapa tahun terakhir, sektor pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) berkembang pesat. Pantai Ampenan di Lombok, Mataram, adalah salah satu dari sekian banyak destinasi wisata yang tak pernah sepi pengunjung.
Puluhan bahkan ratusan orang datang menghabiskan waktu di pantai ini. Tentunya ini memberi peluang bagi penjual kuliner lokal.
BACA JUGA: Luar Biasa, Ini Lapas Bukan Sembarang Lapas
FERIAL AYU, Mataram
Bada ashar, perempuan paruh baya ini mulai mempersiapkan lapak kecilnya. Letak rumahnya yang tak begitu jauh mempermudahnya untuk membawa seluruh barang yang akan dijual.
BACA JUGA: Napas Terakhir Imam saat Sujud Pertama Salat Jumat
Yati yang berasal dari Kampung Melayu Kecamatan Ampenan ini merupakan salah satu pedagang kaki lima di Pantai Ampenan.
Ia berjualan kuliner khas Lombok. Mulai dari pelecing lengkap dengan lontong, aneka sate seperti sate bulayak, sate ikan, sate usus ayam, sate keong, dan sate Rembiga.
BACA JUGA: Meninggal saat jadi Imam, 2 Hari Lalu Sangat Wangi
Meski baru menata dagangannya di atas meja kecil di lapak miliknya, belasan pengunjung sudah mulai memesan.
Dengan ramah ia melayani pembeli sambil mempersilahkan mereka duduk di kursi yang tersedia tak jauh di depan lapaknya.
“Oh iya, silahkan ditunggu,” jawabnya saat salah seorang pengunjung memesan sate satu porsi.
Tangan perlahan memilah sate untuk dibakar. Diambil 10 tusuk sate yang dicampur, mulai dari sate usus sapi, usus ayam, daging ayam, daging sapi, keong, dan sate ikan.
Tak perlu waktu lama, hanya sekitar dua menit. Sate tersebut matang dan siap disajikan. Ia pun mengambil piring rotan yang dilapisi kertas nasi. Perlahan ia mengambil dua buah lontong dan dipotong menjadi beberapa bagian.
Lontong tersebut kemudian dibubuhkan pelecing. Ia pun meletakkan sate tadi di samping pelecing tersebut dan menyiramkan dengan bumbu sate yang kekuning-kuningan. Sate pun diantar untuk siap disantap.
Tak heran jika banyak yang tertarik membeli kuliner sate di wanita paruh baya ini. Porsi yang diberikan pun cukup banyak. Dijamin membuat rasa lapar menjadi hilang.
Lebih menarik lagi, harganya pun tak begitu mahal. Hanya Rp 15 ribu per porsi lengkap dengan lontong dan pelecing.
Idham, salah satu pengunjung menuturkan, rasa sate Yati sangat lezat. Perpaduan antara pelecing, lontong dan bumbu sate menyatu. Selain membuat kenyang, tentunya membuatnya tak berpindah ke lain hati.
“Rasanya enak dan pas sekali di lidah,” akunya.
Yati mengaku sudah lama berjualan kuliner di Pantai Ampenan. Sudah belasan tahun lamanya ia menjual aneka sate dan pelecing.
Tak hanya itu, ia juga menjual rujak dan soto. Harganya pun tak begitu mahal. Sangat cukup untuk kantong para pengunjung.
“Kalau rujak seporsi harganya Rp 7 ribu,” sambungnya.
Berjualan kuliner di Pantai Ampenan diakuinya cukup menguntungkan. Sebab pengunjung hampir tak pernah sepi. Terutama memasuki sore hari saat pengunjung ingin menikmati sunset.
Meski buka di sore hari, pendapatan Yati pun terbilang lumayan besar untuk sekadar berjualan sate, pelecing dan rujak. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan hingga Rp 700 ribu.
Bahkan pada liburan panjang tahun baru kemarin ia mendapat keuntungan dua kali lipat. Sebab pengunjung telah ramai sejak pagi hingga malam hari.
“Modalnya tidak begitu banyak,” pungkasnya.
Ia menambahkan, berbisnis kuliner merupakan pilihan yang tepat. Terutama kuliner khas Lombok seperti aneka sate.
Banyak pengunjung yang sangat suka dengan kuliner satu ini. Mereka akan senang sebab tak harus jauh ke Narmada unuk membeli sate bulayak atau ke Rembiga untuk membeli sate Rembiga.
“Sekaligus mereka bisa menikmati hembusan angin dan ombak serta sunset di Pantai Ampenan,” tandasnya. (*/r3)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Istri Setia Siapkan
Redaktur & Reporter : Soetomo