Jualan Keripik Pisang, Masuk ke Ruang Dosen Satu per Satu

Sabtu, 21 Juli 2018 – 00:53 WIB
Pisang. Ilustrasi Foto: Humas DPR

jpnn.com - Arif Fadhillah merintis usaha kripik pisang Tri Bunda sejak 2017 lalu. Awalnya tak ada yang melirik, kini, kripik pisang Tri Bunda sudah masuk ke sejumlah warung.

SINTIA DWI YUNIARTI

BACA JUGA: 5 Jenis Makanan Ini Ampuh Mengatasi Badan Lemas

MENJADI pengusaha muda bisa dilakukan oleh siapapun dengan niat, kemauan serta kerja keras. Arif mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Jambi (Unja) melakukan hal itu. Ia berjuang merintis usaha keripik pisang.

Mahasiswa yang aktif dalam organisasi BEM Unja itu mengawali usahanya sejak Januari 2017 lalu. Niat awalnya coba-coba, namun akhirnya terpikir apa yang dilakukannya itu harus ditekuni.

BACA JUGA: 4 Makanan Kekinian ini Baik untuk Kesehatan

Keripik pisang yang menjadi pilihan Arif, kerena ayahnya seorang pengepul pisang. Melihat usaha bapaknya yang terkdang tidak habis dan pisangnya banyak membusuk, Arif berpikir mengolahnya menjadi keripik.

Hasil olahan keripiknya dipasarkan Arif kepada teman kampusnya. Kini Arif menamai produknya keripik pisangnya Tri Bunda. Nama Tri Bunda yang dipilih Arif karena Ibundanya memiliki tiga anak.

BACA JUGA: Hindari Makan Pisang Bila Ingin Hamil Anak Perempuan?

"Bapak saya pemasok pisang yang dibeli dari petani lalu dijual lagi, terus banyak pisang yang tidak terjual. Bingung banyak pisang di rumah, akhirnya punya ide buat keripik pisang, dijualin ke teman kampus dengan kemasan kecil, pertama jual Rp 1.000,” kata Arif.

Awal perjalanan usahanya, Arif sempat kesulitan untuk pemasaran karena saat itu respon teman kampusnya tidak begitu baik. Ia harus bekerja keras untuk menyakinkan konsumen dengan rasa dan kualitas produknya.

Tak habis ide, Arif coba memasarkan produknya kepada dosen-dosen di Unja. Dengan mengenyampingkan rasa malu dan sungkan, Arif masuki satu per satu ruangan dosen untuk menawarkan produk keripik pisangnya.

"Pertama itu jual-jual ke dosen, jadi, masuk ke ruang dosen wakil dekan pokoknya, semua itu door to door buat ngenalin krisang. Dijinjing, ditawarin. Alhamdulillahnya ada dosen yang mau beli dan bantu pasarin," imbuhnya.

Setelah produknya cukup dikenal, Arif mulai memasarkan produknya lewat media sosial. “Banyak yang pesan melalui WahtsApp. Minta dibawain lagi besoknya, gitu terus banyak yang minat,” ujarnya.

Teman-teman Arif banyak yang minat produknya dengan kemasan kecil, sehingga ia membuat kemasan kripik pisangnya dengan kemsan Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu. “Ada empat varian rasa, yakni manis, asin, pedas, dan coklat," akunya.

Arif menyebutkan, usaha tersebut ada masa-masanya, memulai dari bawah mengenalkan produk sampai dengan memasok produknya ke toko-toko adalah sesuatu hal yang harus disyukuri.

“Alhamdulillah, usaha itu kan ada naik turunnya. Sudah dijual ke warung-warung kecil yang jual sembako, ada juga yang di MM Simpang Rimbo, warung oleh-oleh Jambi juga. Sekarang untung per bulan lebih kurang Rp 800 hinggaa Rp 900 ribu. Lebaran kemarin naik dua kali lipat,” ungkapnya.

Setelah setahun lebih usaha kripik pisangnya bergulir, kini Arif sudah mampu membayar uang kuliahnya sendiri, tidak lagi membenani orang tuanya.

“Alhamdulillah bisa bayar kuliah sendiri, sudah bisa meringankan beban orangtua,” sebutnya.

Selain pemasaran di kampus, Arif juga membuka gerai keripik pisang di rumahnya di Jalan Batam, keluarahan Lebak bandung, Kota Jambi. (***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tinggalkan Profesi Pegawai Bank, Buka Usaha Sendiri Omzet Rp 120 Juta per Bulan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler