Jubir BIN Tegaskan Pasukan Rajawali Bukan Unit Khusus

Selasa, 15 September 2020 – 23:29 WIB
Jubir BIN Wawan H Purwanto saat konferensi pers di Pancoran, Jakarta Selatan. Foto: M Fathra/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Deputi Bidang Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan H Purwanto menepis tudingan yang menyebut lembaganya memiliki pasukan khusus.

Menurut Wawan, Pasukan Rajawali yang ditampilkan pada peresmian patung Bung Karno dan inaugurasi statuta Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) di Bogor, Rabu pekan lalu (9/9) bukanlah unit khusus di BIN. Sebab, sejatinya yang ditampilkan adalah peserta Pendidikan Intelijen Khusus (Dikintelsus).

BACA JUGA: BIN Punya Pasukan Khusus, Mantan KABAIS TNI: Mau Bertempur Sama Siapa?

“Itu bukan pasukan atau unit tersendiri, tetapi pelatihan intelijen khusus yang diberikan kepada personel BIN yang bertugas di lapangan (bersama TNI, Polri) agar memahami tentang tugas dan dinamika di lapangan. Antara lain intelijen tempur, taktik dan teknik intelijen di medan hutan, perkotaan dan lain-lain, serta peningkatan kapabilitas SDM,” ujar Wawan melalui layanan pesan ke jpnn.com, Rabu (15/9).

Mantan Rektor STIN itu menambahkan, pelatihan tersebut didasari evaluasi terhadap hasil Operasi Satgas BIN di wilayah konflik. Misalnya, ada personel BIN di Papua yang gugur maupun terluka.

BACA JUGA: Bamsoet Tegaskan Tidak Ada Pasukan Khusus BIN Bernama Rajawali

Wawan menegaskan, Dikintelsus bukan untuk unit khusus intelijen seperti Schutzstaffel (SS) NAZI era Adolf Hitler. “Kalau mengkaitkan ini dengan Schutzstaffel Nazi Jerman dan lain-lain, rasanya terlalu jauh,” tegasnya.

Lebih lanjut Wawan mengatakan, penutupan Dikintelsus selalu diwarnai dengan atraksi keterampilan bela diri, informasi dan teknologi, bahan peledak, persenjataan, serta simulasi penumpasan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG).

BACA JUGA: Wakil Ketua MPR RI Soroti Pasukan Khusus BIN, Ada Apa?

Pendiri Lembaga Pengembangan Kemandirian Nasional (LPKN) itu menambahkan, Dikintelsus bertujuan mengasah kemampuan dalam mengatasi tugas khusus yang berat dan medan sulit.

“Setelah selesai pendidikan mereka diterjunkan untuk tugas klandestin di berbagai sasaran yang menjadi titik ATHG. Mereka terjun seorang diri ataupun bekerja dengan tim kecil,” tuturnya.

Oleh karena itu Wawan menegaskan, Dikintelsus tidak dibentuk menjadi sebuah pasukan, tetapi akan terjun secara personal atau mandiri di wilayah tugas.

“Jadi ini bukan pasukan tempur, meskipun latihannya adalah latihan parakomando,” tegasnya.

Wawan menambahkan, pendidikan dan pelatihan semacam itu biasa dilakukan di BIN. Tujuannya ialah menciptakan insan intelijen yang tangguh guna melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

“Saya juga mantan rektor STIN yang sekarang disebut gubernur, sehingga paham akan sistem pendidikan yang diterapkan di BIN. Setelah selesai pendidikan mereka kembali ke unit tugas masing-masing sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi, red),” tuturnya.

Terkait penamaan Pasukan Rajawali, Wawan menyebut hal itu sekadar sandi. Sebab, sandi bisa berubah-ubah di setiap jenis pendidikan.

“Jadi tidak ada pasukan di BIN. Penamaan Pasukan Khusus Rajawali adalah kode sandi pendidikan yang selalu berubah kodenya di setiap jenis pendidikan,” pungkasnya.(tan/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Antoni
Reporter : Antoni, Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler