jpnn.com - JAKARTA - Rencana Ketua Komisi I Komisi I DPR, Mahfuz Sidik untuk memanggil Radio Republik Indonesia (RRI) karena menyiarkan hasil hitung cepat (quick count) yang memenangkan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) justru memantik simpati dan pembelaan terhadap lembaga penyiaran publik itu. Di media sosial, sudah muncul tagar (hastag) #Save RRI.
Sementara di ranah politik praktis, rencana Mahfuz memanggil RRI karena menyiarkan quick count dinilai sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Menurut Juru Bicara Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto, rencana Mahfuz yang juga politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu merupakan bentuk tekanan terhadap RRI.
BACA JUGA: Kasus BLBI Buka Jalan Jokowi Jadi Ketum PDIP
Hasto mengatakan, RRI ternyata mampu menunjukkan kredibilitas dalam menyelenggarakan hitung cepat yang hasilnya dipertanggungjawabkan ke publik. “Jangan menakut-takuti RRI dengan ancaman pemanggilan,” kata Hasto di Jakarta, Selasa (15/7).
Lebih lanjut Hasto menilai Mahfuz terkesan emosional karena duet Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang didukung PKS ternyata kalah di pilpres. “Jangan sampai karena media menyiarkan fakta obyektif terkait hasil quick count, lantas muncul komentar-komentar emosional yang kini seolah menjadi trend baru di kubu Prabowo-Hatta," ujarnya.
BACA JUGA: KPU Apresiasi Partisipasi Masyarakat Perekap Hasil Pilpres
Hasto juga mengatakan, harusnya Mahfuz sebagai pimpinan komisi di DPR yang membidangi penyiaran dan media mendorong transparansi dalam proses rekapitulasi. “Itu lebih cocok daripada menggunakan lembaga perwakilan rakyat tersebut untuk menakut-nakuti manajemen RRI," pungkasnya. (ara/jpnn)
BACA JUGA: Komisi I Godok Penggabungan RRI dan TVRI
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tol Cikampek-Palimanan Belum Bisa Dipakai Jalur Mudik
Redaktur : Tim Redaksi