Juita Djong: Dunia Arsitektural Passion saya

Minggu, 31 Mei 2020 – 02:35 WIB
Arsitek Profesional Senior dan pengusaha Juita Djong. Foto: Dokpri

jpnn.com, JAKARTA - Juita Djong telah menekuni Profesi Arsitek selama hampir 20 tahun. Sejak lulus dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Arsitektur tahun 2000, Bu Ita demikian sapaanya tidak pernah berganti-ganti pekerjaan di bidang lain.

Ia bekerja di dunia arsitektural dari karyawan biasa hingga senior arsitek, sampai menjadi pemilik biro arsitek dan tenaga ahli jasa konstruksi di BUMN maupun BUMS.

BACA JUGA: Kontraktor Sonya Kembuan Bangun Pabrik Vaksin Covid-19 Bernilai US$ 1,2 Miliar

Selama menjalankan profesi ini, Bu Ita bekerja dari balik meja, terjun ke lapangan, koordinasi dengan kontraktor, bertemu klien, hingga menjadi kontraktor juga.

Pengalamannya boleh dibilang sangat lengkap. Ikuti perbincangan dengan Arsitek Profesional Senior dan pengusaha Juita Djong seperti di bawah ini:

BACA JUGA: Arsitek RS Virus Corona di Tiongkok Itu Kelahiran Jember

Ibu Juita benar-benar mencintai pekerjaan ini ya, Emang ini sudah menjadi passion ibu?

Juita: Betul. Dunia arsitek sungguh menjadi passion saya. Saya tidak suka avonturir. Saya total, komit dengan profesi ini dari tamat kuliah sampai saat ini. Kurang lebih, 20 tahun, saya menekuni ini.

BACA JUGA: Pemenang Lelang Motor M Nuh: Saya Tidak Pernah Ngaku Pengusaha!

Apa tidak jenuh, bu?

Juita: Kembali pada passion tadi. Jenuh sih tidak ya. Capek iya hehe…namanya manusia ada batasnya juga.

Frustrasi begitu?

Juita :  Aspek yang membuat saya frustrasi barangkali soal miskonsepsi, kesalahpahaman tentang keseluruhan pekerjaan saya sebagai arsitek disainer.

Maksudnya bagaimana bu? Bisa dijelaskan lebih lanjut tugas seorang arsitek?

Juita: Arsitek itu ringkasnya seorang perancang bangunan (building designer). Namun, peran arsitek tidak hanya sebatas bangunan saja, tetapi meliputi tugas penataan (penciptaan dan pewujudan) dari ruang dalam skala yang lebih luas.

Ruang tersebut berwujud lingkungan binaan (build environment) yang diperuntukkan bagi kehidupan manusia maupun masyarakat luas (umum). Dalam skala kecil (mikro), tugas dan peran arsitek adalah menata ruangan-ruangan (rooms) yang diintegrasikan secara utuh dalam bentuk bangunan (building).

Dalam skala mikro inilah arsitek menjalankan tugasnya sebagai “perancang bangunan”(building designer). Seorang arsitek akan berupaya secara maksimum dalam proses menciptakan bangunan, dimana digunakan kaidah-kaidah atau pedoman-pedoman dalam perancangan arsitektur.

Apa yang menjadi pemenuhan tujuan utama arsitektur?

Juita : Ada beberapa aspek, seperti: pemenuhan aspek fungsi /kegunaan bangunan, pemenuhan aspek struktur / kekuatan bangunan hingga pemenuhan aspek keindahan bangunan menjadi tugas utama seorang arsitek. Dalam skala perancangan bangunan ini, pemahaman tugas dari bangunan (the building task) menjadi penting bagi seorang arsitek / perancang bangunan dalam menjalankan tugasnya. Demikian pula pemahaman terhadap aspek keteknikan bangunan (the building technique) merupakan tugas yang mesti dilakukan dan diselesaikan.

Apa tugas selanjutnya?

Juita: Tugas selanjutnya adalah melakukan kreasi dalam mengekspresikan bentuk bangunan sebagai bagian dari pencapaian unsur estetika / keindahan bangunan. Dalam skala yang lebih luas, tugas dari seorang arsitek bukan lagi menciptakan dan mewujudkan bangunan, tetapi lebih luas dari itu menyangkut didalamnya aspek tapak dan lingkungan sekitarnya (site and sorrounding). Bahkan arsitek perlu mengenal, mengerti dan memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan penataan lingkungan dan penataan ruang.

Jadi, dalam skala makro, tugas arsitek luas ya bu?

Juita : Dalam skala makro, tugas seorang arsitek juga berkaitan setidaknya dengan tiga tingkatan: penataan / tata bangunan, penataan / tata lingkungan dan  penataan / tata ruang. Secara kerangka kerja keprofesian, maka tugas dan peran dari seorang arsitek akan berhubungan terutama dengan: interior designer dan furniture designer  dalam skala mikro, structural engineer, mechanical & electrical engineer  dalam skala middle serta planolog /urban planner, urban designer dan arsitek lansekap  dalam skala makro. Untuk menjalankan profesi arsitek sebagai bagian dari penata ruang, maka perlu mengenal dan memahami Undang-undang Tata Lingkungan dan Undang-undang Tata Ruang.

Wah, penguasaan ilmu Anda luar biasa ya bu hehe…Bisa dijelaskan secara singkat latar belakang Ibu Juita?

Juita: Saya masuk Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Arsitektur ISTN (Institut Sains dan Teknologi Nasional) tahun 1995. Tahun 2000, saya lulus dan langsung bekerja pada PT. Artapola Selaras Konsultant. Arsitek utamanya Bapak Aman.

Saya berutang budi pada beliau. Pak Amanlah yang meletakan dasar bagi saya menguasai ilmu hitungan struktur. Orangnya keras, tegas dan disiplin. Dari sini, saya sempat mendirikan biro arsitek sendiri dengan nama Accenture.

Ada beberapa projek yang sempat dikerjakan, lalu bubar. Kemudian, saya bergabung dalam kantor konsultan lainnya sebagai arsitek senior. Saya sempat juga direkrut PGN (Perusahaan Gas Negara) sebagai konsultan atau Tenaga Ahli Arsitektur untuk proyek mereka di Medan, Batam dan Surabaya. Di luar itu, saya mulai focus lagi membangun biro arsitek sendiri namanya Griya Apsari Persada. Secara legal, perusahaan ini berdiri pada tahun 2015, tapi sesungguhnya sudah mulai berjalan sejak 2013.

Klien ibu sudah banyak ya?

Juita: ya begitulah…hehe…

Berhubungan dengan klien, saya mendengar ada klien yang mengeluh arsitek kadang susah mendengar mereka? Bagaimana dengan pengalamam ibu?

Juita: Klien-klien saya adalah fokus saya. Jadi, saya tentu sangat menaruh perhatian tinggi pada apa yang menjadi keinginan mereka. Itulah yang menjadi prioritas paling tinggi ketika saya mendisain entah rumah atau kantor.

Klien punya ide-ide sendiri, apakah ide mereka bagian dari proses itu?

Juita: Tepat sekali. Saya menghargai ide-ide dari klien dan membangun berdasar ide-ide tersebut. Tujuan saya adalah melebihi atau melampaui ekspektasi klien dan menyerahkan sebuah putusan disain yang memberi inspirasi dan abadi.

Apakah desain yang besar itu bisa dipraktikkan juga?

Juita: Ya, tentu. Disain-disain saya tidak hanya indah dan fungsional tapi juga bisa diaplikasikan.

Apakah Ibu membimbing klien? Bagaimana dengan budget?

Juita:  Saya ingin klien-klien saya merasa tercerahkan, mendapatkan informasi yang benar dan percaya diri ketika mereka mengambil keputusan. Saya menghargai budget mereka dan terus melakukan up to date dalam setiap proses.

Bagaimana klien tahu mereka mendapatkan hasil selaras dengan uang yang mereka keluarkan?

Juita: Saya bekerjasama dengan pemborong untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan kontraktor itu menggunakan material yang berkualitas dan sesuai dengan spek yang ditentukan.

Menurut ibu, apakah desain itu seni atau ilmu?

Juita: Kombinasi keduanya, baik seni maupun ilmu. Munculnya sebuah konsep tentu sebuah seni. Tetapi, menentukan jumlah, elevasi, kalkulasi dan sebagainya merupakan aspek ilmu.

Apa nasihat yang ibu berikan kepada disainer atau arsitek muda yang membaca wawancara ini

Juita: agar berhasil dalam usaha ini, kita harus punya drive, determinative dan disiplin.

Ibu Juita Djong saat ini masih terus aktif bergerak sebagai konsultan perencana dan kontraktor.

Ke depan, Bu Ita sapaanya berencana turun gunung dari bisnis ini dan ingin membagi ilmunya dengan mengabdi sebagai dosen.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler