Jumlah Pasien Covid-19 Varian Omicron Meledak, Dokter & Perawat Frustrasi, Ngeri!

Sabtu, 08 Januari 2022 – 12:30 WIB
Covid-19 varian Omicron. FOTO: ANTARA/Andi Firdaus

jpnn.com, NEW YORK - Jumlah pasien Covid-19 di Amerika Serikat yang menjalani rawat inap bakal mencapai level tertinggi baru pada Jumat (7/1).

Hitungan Reuters, jumlah pasien Covid-19 melampaui rekor yang ditetapkan pada Januari tahun lalu, saat varian Omicron yang sangat menular memicu lonjakan infeksi.

BACA JUGA: Data Terbaru Jumlah Pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet, Aduh

Jumlah pasien rawat inap terus meningkat sejak akhir Desember ketika Omicron dengan cepat mengambil alih Delta sebagai varian virus corona yang dominan di AS, meskipun para ahli mengatakan Omicron kemungkinan akan terbukti kurang mematikan daripada varian sebelumnya.

Namun, sejumlah pejabat kesehatan telah memperingatkan bahwa banyaknya infeksi yang disebabkan oleh Omicron membebani rumah sakit.

BACA JUGA: Ampun! Teror Omicron Belum Selesai, Flurona Sudah Renggut Satu Nyawa

Beberapa di antara rumah sakit itu berjibaku menangani pasien yang mengalir masuk karena pekerja mereka sendiri sedang sakit.

"Ini seperti kemacetan arus penanganan medis," kata Dr. Peter Dillon, kepala petugas klinis di Penn State Health di Pennsylvania, dalam sebuah wawancara.

BACA JUGA: Ferdinand Hutahaean Mualaf, Banyak yang Ragu, Dia Bereaksi, nih Kalimatnya

"Ada begitu banyak kekuatan yang sekarang berkontribusi pada tantangan itu dan saya pikir ada unsur kelelahan, saya tidak ingin mengatakan putus asa."

AS melaporkan 662.000 kasus baru COVID-19 pada Kamis, total harian tertinggi keempat di negara itu, hanya tiga hari setelah rekor hampir 1 juta kasus dilaporkan, menurut hitungan Reuters.

Menurut hitungan Reuters, jumlah pasien Covid-19 di AS yang rawat inap mendekati 123.000. Jumlah ini tampaknya siap untuk memecahkan rekor di atas 132.000.

Kematian, indikator yang merujuk ke masa lalu, masih cukup stabil di sekitar 1.400 per hari, jauh di bawah puncak tahun lalu.

Namun, data rawat inap seringkali tidak membedakan antara orang yang dirawat karena COVID-19 dan apa yang disebut kasus insidental yang melibatkan orang yang dirawat karena alasan lain dan diketahui terinfeksi selama pengujian rutin.

Jumlah pasien Covid-19 yang melonjak telah memaksa sistem rumah sakit di hampir setengah negara bagian AS untuk menunda operasi yang tak mendesak.

Hal ini sebuah indikasi adanya tekanan pada sektor perawatan kesehatan yang kehilangan sekitar 3.100 pekerja, menurut laporan ketenagakerjaan bulanan AS pada Jumat.

Beberapa dokter dan perawat menyatakan frustrasi atas lonjakan pasien yang tidak divaksin. Mereka mengatakan tidak dapat memahami mengapa seseorang mengabaikan saran dokter untuk divaksin, tetapi kemudian mencari bantuan profesional medis setelah sakit karena COVID-19.

"Banyak dari pasien ini mengalami kematian yang tak perlu (terjadi)," kata Lynne Kokoczka, spesialis perawat klinis di unit perawatan intensif di Klinik Cleveland di Ohio tak lama setelah dia membantu mengeluarkan jenazah pasien COVID-19 dari bangsal.

Dr. Hassan Khouli, ketua departemen pengobatan perawatan kritis di pusat medis akademik menyebut 90 persen pasien di ruang perawatan intensif dengan ventilasi mekanis di Klinik Cleveland tidak divaksin.

"Ini benar-benar membebani tim kami," kata Khouli. "Kelelahan menjadi perhatian utama."

Sementara banyak sekolah telah berjanji untuk melanjutkan pembelajaran langsung, beberapa sekolah ditutup karena kasus meningkat.

Di Chicago --sistem sekolah umum terbesar ketiga di AS-- sekolah ditutup untuk hari ketiga pada Jumat di tengah pemogokan guru yang memprotes perlindungan COVID-19.

Para pejabat terus mendesak vaksinasi sebagai perlindungan terbaik terhadap penyakit serius, meskipun mandat federal yang mengharuskannya menjadi perdebatan politik. (reuters/antara/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler