Junta Militer Bikin Rakyat Sengsara, Amerika Sumbangkan Rp 719 Miliar kepada Burma

Selasa, 10 Agustus 2021 – 23:59 WIB
Biarawati, Suster Ann Rose Nu Tawng (kedua kanan) berlutut di depan aparat kepolisian untuk memohon agar menahan diri dari kekerasan terhadap anak-anak dan penduduk di tengah unjuk rasa anti kudeta militer di Myitkyina, Myanmar, Senin (8/3/2021). Foto: ANTARA FOTO/MYITKYINA NEWS JOURNAL/Handout via REUTERS/wsj.

jpnn.com, WASHINGTON DC - Amerika Serikat, Selasa, mengatakan pihaknya memberikan sumbangan sedikitnya 50 juta dolar AS (lebih dari Rp719 miliar) bagi Myanmar saat lonjakan kasus COVID-19 memperburuk krisis kemanusiaan di negara itu.

Negara di Asia tenggara tersebut mengalami guncangan setelah militer awal tahun ini menggulingkan pemerintahan yang terpilih secara demokratis.

BACA JUGA: Junta Militer Makin Brutal, Kardinal Myanmar Memohon dengan Rasa Sakit Luar Biasa

Selain untuk Myanmar, sumbangan juga diberikan AS bagi Thailand --sebesar lima juta dolar (sekitar Rp71 miliar)-- untuk penanganan pandemi virus corona, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price melalui pernyataan.

Pendanaan bagi Thailand itu diumumkan oleh Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield saat ia berkunjung ke Thailand, kata Price.

BACA JUGA: Junta Myanmar Siap Dengarkan Usulan ASEAN, tetapi Ada Syaratnya

Di Myanmar, sumbangan dari AS akan disalurkan untuk membantu "mereka yang terpaksa pergi untuk menghindari kekerasan dan penganiayaan".

Dana AS juga akan digunakan untuk mendukung berbagai kelompok yang menyediakan layanan perawatan kesehatan serta untuk penyediaan kebutuhan pokok, seperti makanan, tempat tinggal dan air, kata Deplu AS.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Sebut Situasi di Myanmar Tak Bisa Diterima, Desak Junta Militer Lakukan Ini

"Pendanaan ini diberikan pada saat kebutuhan kemanusiaan yang meningkat mencapai titik kritis serta akan membantu mengurangi dampak COVID-19 pada kehidupan masyarakat Thailand dan Burma," kata Price, yang menyebut Myanmar dengan Burma.

"Setelah kudeta 1 Februari, orang-orang dari Burma pergi meninggalkan rumah mereka akibat kekerasan yang sedang berlangsung."

Enam bulan setelah tentara merebut kekuasaan, ekonomi Myanmar runtuh dan sistem kesehatan negara itu melemah sementara kasus virus corona melonjak.

Kasus COVID-19 di Myanmar mencapai puncaknya pada Juli. Selama bulan itu, ada rata-rata 3.824 infeksi baru harian yang dilaporkan, menurut data Reuters.

Sejak pandemi mulai melanda, Myanmar mencatat sudah 333.127 orang mengalami infeksi COVID-19 dan 12.014 kehilangan nyawa karena penyakit tersebut.

Di Thailand, jumlah rata-rata infeksi baru COVID-19 saat ini sedang berada di puncak. Data Reuters menunjukkan bahwa ada lebih dari 20.400 kasus yang dilaporkan setiap hari. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler