Network 10 yang menyiarkan program acara MasterChef Australia mengumumkan bahwa ketiga jurinya tidak akan tampil lagi di musim penayangan berikutnya.
Tidak mencapai kesepakatan setelah berbulan-bulan bernegosiasi menjadi alasan mengapa Matt Preston, Gary Mehigan, dan George Calombaris tak lagi menjadi juri.
BACA JUGA: DPR Australia Setujui Larangan Kembalinya Kombatan Asing Sampai Dua Tahun
Ketiganya sudah menjadi juri MasterChef Australia selama 11 tahun dan menjadikan acara tersebut sebagai salah satu acara terfavorit di Australia, seperti yang dikatakan Paul Anderson, Direktur Eksekutif Network 10.
"Acara ini sudah membentuk dan mendorong minat warga Australia pada kuliner dan memasak ... dan mewujudkan mimpi kuliner di tiap rumah jadi kenyataan," kata Paul kepada ABC News.
BACA JUGA: Partisipasi Pendidikan Naik Tapi Jutaan Anak Indonesia Masih Putus Sekolah
Photo: Restoran Hellenic Republic di Melbourne adalah salah satu yang dimiliki George Calombaris dan membayar karyawannya kurang selama enam tahun. (ABC News: Ben Knight)
Pengumuman ini disampaikan setelah George Calombaris mengaku kekurangan membayar gaji 500 karyawan sebesar $7,8 juta, atau sekitar Rp 77 miliar.
BACA JUGA: Tertangkap Miliki Dan Pakai Kokain Di Bali, Dua Pria Australia Terancam Dipenjara Maksimal 12 Tahun
George Calombaris adalah salah satu pemilik perusahaan kuliner MAdE Establishhment, yang membuka beberapa restoran mewah dan ternama di Australia.
Ia juga harus membayar denda sebesar $200.000, atau lebih dari Rp 2 miliar, sesuai keputusan peradilan 'Fair Work Ombudsman'.
Karena kasusnya ini George juga kehilangan sejumlah kontrak, diantaranya dihentikan duta kampanye oleh badan parwisata Australia barat, yang sebelumnya menanyangkan wajahnya di iklan-iklan untuk mempromosikan pengalaman kuliner di negara bagian tersebut.Memperkenalkan kuliner Indonesia di MasterChef
Salah satu faktor mengapa MasterChef ini menjadi salah satu program televisi yang digemari warga Australia adalah karena menampilkan sejumlah peserta dari berbagai latar belakang etnis untuk mengangkat makanan tradisional dari negaranya masing-masing.
Bahkan ada pula para peserta yang cukup percaya diri memasak masakan yang bukan dari negara asalnya atau memadukan dua budaya kuliner dalam satu piring.
Misalnya saja Larissa Takchi, warga keturunan Libanon, keluar sebagai juara MasterChef Australia 2019 dengan masakannya Szechuan Pavlova, kombinasi unik makanan pedas asal China dan hidangan pencuci mulut asal Australia. External Link: MasterChef winner 2019 Larissa Takchi
Nama Indonesia pun tak kalah ikut dipromosikan di acara ini, baik dari pesertanya yang keturunan Indonesia atau dari makanan yang dimasak.
Di tahun 2015, Reynold Poernomo mendapat julukan 'The Dessert King' dan kini ia membuka sebuah toko kue di pusat kota Sydney.
Tahun berikutnya, Elena Duggan membuat kue Indonesia di salah satu episode, karena kebetulan ia memiliki keturunan Indonesia dari kakek neneknya.
Michelle Lukman, asal Bandung pernah juga tampil di MasterChef tahun 2017 yang pernah dipuji George dengan hidangan pencuci mulut 'Golden Ball', berupa kue cokelat dengan warna keemasan di lapisan luar.
Tahun lalu, Jessica Liemantara juga asal Indonesia berhasil masuk 4 besar dari 24 peserta. Photo: Tati Carlin menjadi peserta asal Indonesia di Masterchef Australia 2019. (Photo: Masterchef AU )
Dan tahun ini ada Tati Carlin yang sampai ke babak delapan besar dan sempat memperkenalkan rempeyek, yang juga mendapat pujian dari para juri.
"Ketika pertama kali George Calombaris melihat peyek itu dia mencoba, dan setelah itu dia melihat lagi, dan kemudian datang untuk mencoba lagi," ujar Tati kepada ABC Indonesia.Masih "terfokus pada Eropa"
Terlepas dari upaya menampilkan peserta dan makanan-makanan dari beragam etnis dan budaya, penulis dan komedian Australia mengatakan masih adanya dominasi budaya barat di MasterChef.
"Saatnya berubah", kata Jack Gow, seorang penulis dan komedian Australia di Sydney.
Ia mencontohkan tidak hanya bumbu dan teknik yang digunakan sesuai selera dunia barat, tapi juga ketiga juri semuanya adalah pria dan berkulit putih, "tetap sangat terfokus pada Eropa" Photo: Tati Carlin (kanan) bersama peserta Masterchef Australia 2019 lainnya. (Foto: Masterchef AU )
"Sangat kecil kemungkinannya seorang perempuan atau orang dengan kulit berwarna (atau memang dilarang)," tulisnya untuk ABC.
Menurut Jack, acara MasterChef ini sebenarnya memiliki potensi sebagai sumber kekuatan untuk dapat menyatukan Australia.
"Di tengah meningkatnya polarisasi sosial, makanan dan kecintaan pada makanan telah menembus halangan sosial budaya dan menyatukan orang tanpa memandang usia, pendapatan, dukungan politik, agama, atau budaya."
MasterChef Australia disiarkan juga di 100 negara lainnya, menjadikannya sebagai salah satu acara lomba masak yang paling banyak ditonton di dunia.
Simak berita-berita lainnya di situs ABC Indonesia dan bergabunglah dengan komunitas kami di Facebook.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumlah Pemegang Visa Sementara Australia Lampaui Populasi Kota Hobart