Jurus Budaya dalam Diplomasi Tantowi Yahya

Selasa, 29 Mei 2018 – 17:17 WIB
Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya di KBRI Wellington. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN

jpnn.com - Latar belakang Tantowi Yahya sebagai seniman punya pengaruh besar pada cara kerjanya sebagai Duta Besar RI untuk Selandia Baru. Pendekatan budaya menjadi jurus andalannya, terutama untuk meredam suara-suara pendukung kemerdekaan Papua.

Ayatollah Antoni, Wellington

BACA JUGA: Ajak WNI di Negeri Kiwi Tebar Islam Rahmatan Lil Alamin

SATE padang dan es kelapa muda tersaji di meja makan di Ruang Jawa, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wellington. Meja dan kursi ukir khas Jepara tampak menghiasi ruangan seluas kurang lebih 30 meter persegi itu.

Di sebelah Ruang Jawa ada Ruang Sriwijaya yang berfungsi untuk menjamu tamu. Pernak-pernik dan ukiran khas Sumatera Selatan sangat menonjol di ruangan yang diresmikan pada April 2017 itu.

BACA JUGA: Pesan Dubes Tantowi Yahya bagi Mahasiswa RI di Selandia Baru

“Ini (Ruang Sriwijaya, red) yang meresmikan Pak Tito (Kapolri Jenderal Tito Karnavian, red),” ujar Tantowi ketika menerima sejumlah pewarta dari Indonesia beberapa waktu lalu di KBRI Wellington.

Di kompleks KBRI yang beralamat di 70 Glen Road, Kelburn, Wellington itu ada ruang terbesar. Namanya Ruang Bali yang dipenuhi barang-barang khas Pulau Dewata.

BACA JUGA: Bahas Tiongkok, Tantowi Pertemukan ASEAN dan Pasifik Selatan

“Bali memang sangat dikenal. Tapi saya ingin KBRI ini menjadi the house of Indonesia, baik musik, tradisi, arsitektur dan juga kuliner,” sambungnya.

Barang-barang seni juga menghias Wisma Indonesia yang menjadi kediaman Tantowi di Mataroa Avenue, Northland, Wellington. Lukisan karya maestro tanah air seperti Basuki Abdullah, Jeihan dan Hardi tampak menghiasi dinding Wisma Indonesia.

Upright piano Weinbach juga menghiasi salah satu ruangan. Ada pula studio musik kecil dengan pemandangan belakang panorama Wellington.

Ambasador yang juga dikenal sebagai penyanyi country itu memang tak bisa jauh dari seni. Bahkan, Tantowi meyakini seni dan budaya sangat ampuh dalam diplomasi, termasuk untuk dia mendekati negara-negara di Pasifik Selatan.

Saat ini, Tantowi juga merangkap sebagai Dubes RI untuk Samoa dan Kerajaan Tonga. Pria yang berulang tahun setiap 29 Oktober itu juga pernah memboyong dua chef dari Indonesia untuk menggelar Festival Kuliner Nusantara di Apia, ibu kota Samoa.

Tantowi getol mendekati negara-negara di Pasifik Selatan untuk membendung propaganda tentang kemerdekaan Papua. Tentu saja ada alasan kuat yang mendasari langkah Tantowi.

“Mungkin ada yang bertanya, ngapain negara-negara kecil didekati. Masalahnya, mereka ini punya hak suara di PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa, red). Nilai suaranya sama dengan negara-negara besar. Bisa dibayangkan kalau ada voting di PBB soal Papua dan negara-negara ini tidak kita dekati,” tuturnya.

Dia juga getol mempromosikan mahasiswa Papua yang sedang menimba ilmu di Negeri Kiwi itu untuk bisa berkiprah menjalani profesi bergengsi di Jakarta. Saat ini ada putra Papua yang sedang menempuh pendidikan pilot di Selandia Baru.

“Nanti akan ada mahasiswa Papua segera jadi pilot di Garuda. Saya juga sudah propose ke stasiun televisi di Jakarta untuk merekrut putra-putri Papua yang sedang belajar di New Zealand untuk menjadi presenter. Tunggu saja,” katanya.

Selain itu, Tantowi juga mendekati kalangan kampus. Sebab, ada banyak mahasiswa Indonesia yang bisa dilibatkan dalam mengonter isu-isu miring tentang Papua.

Karena itu, Tantowi mendekat dan kenal akrab dengan kalangan mahasiswa Indonesia di New Zealand, termasuk yang dari Papua. “Saya pernah datang di satu forum di salah satu kampus di Selandia Baru ini dan disudutkan dengan soal Papua. Ada hal mengejutkan, karena yang menangkis justru mahasiswa kita,” katanya bangga.

Saat ini, Tantowi sedang menyiapkan acara yang lumayan besar dalam rangka merayakan 60 tahun hubungan Indonesia dengan Selandia Baru. Ada seminar, diskusi, hingga festival budaya dan pertunjukan musik.

Peringatan 60 tahun hubungan RI-New Zealand sudah diawali ketika Presiden Joko Widodo mengunjungi Wellington pada Maret 2018. Puncaknya adalah pada November mendatang yang akan ditandai pertemuan antara Ketua DPR Bambang Soesatyo dengan ketua parlemen New Zealand.

Akan ada pertunjukan musik pada acara puncak peringatan 60 tahun hubungan RI -New Zealand. Tantowi juga menggaet koleganya untuk pertunjukan musik itu.

“Konduktornya nanti Erwin Gutawa. Lagu-lagu Indonesia akan mengalun di Wellington,” katanya.

Dalam pertemuan dengan para diplomat negara lain di Zew Zealand, Tantowi juga sering memberikan album musiknya sebagai kenang-kenangan. “Beberapa dari mereka tahu background saya (sebagai penyanyi, red),” katanya.

Tantowi meyakini budaya menjadi jurus ampuh dalam diplomasinya. “Ada hal-hal yang kadang sulit ditembus, tapi bisa didekati lewat budaya,” kata mantan pimpinan Komisi Luar Negeri DPR RI itu.

Terobosan Tantowi bukannya tanpa pengakuan. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut Tantowi yang berlatar entertainer punya banyak kreasi dan inovasi.

“Inilah beauty of having ambassador from entertainer background,” ujar Tito dalam video yang beredar di YouTube.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada 2 Ambulans Indonesia untuk Korban Topan Gita di Samoa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler