Jurus Kementan Atasi Gejolak Harga Telur Ayam

Senin, 16 Juli 2018 – 21:21 WIB
Audiensi Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita dengan Perhimpunan Insan Perungasan Rakyat (Pinsar) di Kementan, Jakarta Selatan, Senin (16/7). Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan sejumlah solusi untuk mengatasi kenaikan harga telur ayam yang terjadi beberapa waktu terakhir ini. Komitmen tersebut disampaikan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita di Jakarta, Senin (16/7).

Sebelumnya, Diarmita menggelar audiensi dengan Perhimpunan Insan Perungasan Rakyat (Pinsar) di kantornya. Menurutnya, Kementan melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan akan segera melakukan penghitungan ulang prognosa kebutuhan telur dan ayam ras.

BACA JUGA: Harga Telur Ayam Melonjak, Ini Solusi dari Kementan

Selanjutnya Kementan akan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan. “Koordinasi dilakukan antara lain untuk mengkaji kembali harga acuan telur dan ayam ras tingkat produsen maupun konsumen,” ungkapnya. 

Diarmita menyanggah annggapan yang menyebut pelarangan antibiotic growth promotor (AGP) berdampak pada penurunan populasi ayam ternak. Peternak, katanya, sudah melakukan banyak substitusi untuk pemakaian AGP.

BACA JUGA: Refocusing Anggaran Kementan demi Capai Kedaulatan Pangan

“Pelarangan AGP memang membuat telur kita menjadi lebih mahal, tapi karena kualitasnya yang meningkat. Saat ini telur kita zero dari residu antibiotik,” tegas Diarmita. 

Kementan memang sedang menggiatkan pelarangan AGP agar kualitas produk protein hewani asal Indonesia mendapatkan pengakuan di mata dunia. AGP telah masuk dalam daftar larangan World Health Organization (WHO).

BACA JUGA: Kemenperin Siapkan Insentif Bagi Industri Pengolahan Susu

Kewaspadaan WHO itu didasari pada keprihatinan bahwa tidak kurang dari 700 ribu orang meninggal setiap tahun karena resisten terhadap antibiotik. 

Diarmita menambahkan, produksi telur untuk tahun ini pun masih dalam kondisi surplus. Berdasarkan data Kementan, produksi telur bulan Januari – Mei 2018 sebanyak 733.421 ton. Sementara kebutuhan telur pada periode yang sama sebanyak 722.508 ton.

“Melihat data produksi dan kebutuhan nasional, maka ini artinya ada surplus produksi telur dari Januari hingga Mei 2018 sebanyak 10.913 ton,” sebut Diarmita. 

Kondisi surplus juga terjadi untuk bulan Juni lalu. Produksi telur ayam pada bulan tersebut mencapai 153.450 ton, atau melebihi kebutuhan yang berada pada kisaran 151 ribu ton.

Karena itu berdasar kondisi pada bulan Januari hingga Juni tahun ini, total surplus telur mencapai 13.197 ton. Dengan demikian Kementan memastikan tidak ada kekurangan produksi telur sampai bulan Juni 2018. 

Meski demikian Diarmita mengakui adanya lonjakan kebutuhan telur nasional pasca-Lebaran tahun ini. Beberapa faktor penyebabnya antara lain program Kementerian Sosial berupa Bantuan Pemerintah Non-Tunai (BPNT) dalam bentuk 1 kg telur per keluarga miskin.

Selain itu, dalam waktu bersamaan Pemerintah DKI Jakarta juga memberikan bantuan berupa telur bagi warga ibu kota dengan menggunakan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Akibat kedua program tersebut, salah satu peternak menyebutkan bahwa pasokan telur dari sentra produksi yang semula 1 rit, saat ini bisa 3 – 4 rit.

Namun, Diarmita  berjanji akan terus berkoordinasi dengan Pinsar untuk mendorong harga telur ayam agar secepatnya stabil. “Sesuai dengan kesepakatan rapat hari ini, Pak Singgih (Ketua Pinsar Indonesia, red) akan mengupayakan harga segera stabil. Kita harapkan minggu ini sudah ada perubahan,” ujarnya. 

Pada kesempatan terpisah, Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi menyatakan, kenaikan harga daging dan telur ayam hanya sementara. Menurutnya, panen yang dilakukan pada saat ini merupakan hasil dari budi daya Lebaran lalu.

Sugeng menyebut animo peternak agak berkurang karena panjangnya masa libur. Hal ini menyebabkan stok di pasaran sekarang agak berkurang. “Ini merupakan siklus yang wajar, setiap tahun begini terjadi,” ujar Sugeng.(eno/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... FAO Indonesia Bantah Punya Staf Bernama Ratno Soetjiptadi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler