Jurus Kementan Atasi Kekeringan di Kebumen

Senin, 08 Juli 2019 – 07:10 WIB
Ilustrasi sawah kekeringan. Foto: Kementan

jpnn.com, KEBUMEN - Ancaman kekeringan memang tengah melanda Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Petani bersama PEMKAB pun mulai mencari sumber air alternatif dan mengalirkannya menggunakan sistem pompanisasi.

Kabupaten Kebumen menjadi salah satu daerah yang terdampak kekeringan di Jawa Tengah.

BACA JUGA: Kementan Ajak Masyarakat Waspadai 15 Zoonosis Prioritas

Dari pertanaman padi seluas 39.886 hektare, tanaman padi sawah yang terancam kekeringan pada periode sampai dengan 2 Juni 2019 seluas 2.952 hektare.

BACA JUGA: Program Serasi Kementan Sulap Lahan Rawa Bisa Produktif

BACA JUGA: Toko Tani Indonesia Respons Cepat Stabilkan Harga Cabai

Adapun lokasi terdampak kekeringan terletak di beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Buluspesantren (luas 213 hektare dengan umur tanaman 30 HST), Kecamatan Petanahan (luas 20 hektare dengan umur tanaman 12 HST), dan Kecamatan Puring (luas 547 hektare dengan umur tanaman 40 HST).

Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi  musim kemarau.

BACA JUGA: Program Serasi Kementan Sulap Lahan Rawa Bisa Produktif  

Salah satunya dengan menurunkan tim khusus untuk penanganan kekeringan di wilayah sentra produksi padi.

Tim identifikasi dan mitigasi kekeringan dari Kementerian Pertanian mendapatkan penyebab dari kekeringan yang terjadi di Kebumen ini.

Antara lain, musim kemarau datang lebih awal sehingga menyebabkan curah hujan rendah, berkurangnya elevasi muka air Waduk Wadaslintang yang berpengaruh terhadap suplai air waduk ke jaringan irigasi (debit berkurang kurang lebih 50 persen), hingga waktu musim tanam yang mundur.

Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk menyelamatkan tanaman padi sawah yang terancam kekeringan. Seperti dilaksanakannya sistem gilir giring, dimana setiap 6 hari mendapatkan giliran air selama 1 hari.

Tim ini akan berkoordinasi dan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat maupun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

“Mereka akan bekerja sama untuk memetakan potensi permasalahan kekeringan di sejumlah daerah serta menyiapkan solusi berupa penggelontoran air dari bendungan,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy, Minggu (7/7).

Tak hanya itu, petani juga mulai menggunakan sumber air alternatif, dengan memanfaatkan air permukaan sungai Kedungbener dengan metode jaringan irigasi air permukaan (JIAP) untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di Desa Bocor Kecamatan Buluspesantren.

Kemudian memanfaatkan saluran pembuangan sungai Rama/Glonggong di Desa Kaleng dan Desa Purwoharjo, Kecamatan Puring, dengan cara membuat bendung tidak permanen dan memompanya ke lahan sawah.

Termasuk pemanfaatan 15 unit pompa air ukuran 3 inch untuk pompanisasi sumber-sumber air permukaan yang masih tersedia.

Tim ini diharapkan melakukan identifikasi ke wilayah yang terdampak kekeringan. Jika masih terdapat sumber air (air dangkal), tim ini mendorong dinas pertanian setempat  untuk mengajukan bantuan pompa air kepada instansi terkait.

Menurut Sarwo Edhy, salah satu penyebab kekeringan di lahan-lahan pertanian adalah sistem pengairan air yang terhambat. Kementan sendiri telah berupaya membenahi tata kelola air dengan memfasilitasi pembangunan infrastruktur air untuk lahan pertanian selama tiga tahun terakhir.

“Kami sudah berhasil memperbaiki jaringan irigasi tersier. Sedikitnya 3,1 juta hektare lahan dapat merasakan dampak dari program rehabilitasi jaringan irigasi itu,” tegasnya. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dilindungi Asuransi, Petani Tegal Tidak Khawatir Musim Kemarau


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kementan  

Terpopuler