jpnn.com, JAKARTA - Asisten Deputi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Kewirausahaan Kemenko Perekonomian Chairul Saleh mengatakan, pemerintah akan terus membantu pemberdayaan ekonomi pesantren melalui beragam program yang terukur khususnya pascapandemi Covid-19.
Menurut Chairul Saleh, pesantren memiliki potensi ekonomi yang sangat besar.
BACA JUGA: Pertamina Bakal Hadirkan 1.000 Pertashop di Lingkungan Pesantren Seluruh Indonesia
“Tentu kami akan tetap melaksanakan program pemberdayaan pesantren sesuai dengan hasil rapat koordinasi yang terakhir,” kata Chairul dalam Webinar bertema “Pesantren Goes Digital: One Pesantren One Product” yang diselenggarakan MadeinIndonesia.com, Selasa (27/4).
Chairul mengatakan, Kemenko Perekonomian telah menyiapkan pembiayaan Syariah dan untuk itu jangkauannya akan lebih luas.
BACA JUGA: Kontak Tembak dengan KKB, 1 Brimob Gugur, 2 Anggota Terluka
“Bukan cuma pesantren, tetapi juga menjangkau ke komunitas lain seperti ormas (organisasi massa),” katanya.
Selama ini, Chairul menambahkan, pesantren lebih dikenal sebagai Lembaga yang fokus mengajarkan pendidikan agama tanpa dibekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai di bidang kewirausahaan.
BACA JUGA: Pembunuh Wanita Muda di Petojo Ditangkap, Tak Disangka, Pelaku Ternyata
Dengan makin banyaknya pelatihan kewirausahaan untuk pesantren, diharapkan bisa memberi bekal kepada para santri untuk membangun ekonomi pesantren, katanya.
Mengutip studi dari Global Enterpreneurship Monitor (GEM) 2019, Chairul mengatakan, dari 1.388 pelaku UKM hanya 10.7 persen yang pernah memperoleh dukungan pelatihan, pendampingan, inkubasi dan dukungan teknis.
"Sementara itu, menurut studi British Council di tahun yang sama, 30 persen pelaku usaha memperoleh pelatihan, 15 persen mendapatkan fasilitas inkubasi dan selebihnya, 55 persen membangun usaha dengan biaya pribadi," kata dia.
Ketua Medco Foundation Roni Pramaditia mengatakan, pemberdayaan ekonomi pesantren bisa mengikuti pola circular economy, di mana kegiatan ekonomi dan pemanfaatan produk ekonomi bisa dilaksanakan di sebuah daerah tertentu.
Dia mencontohkan program circular economy yang diterapkan Medco Foundation di daerah yang relatif terpencil seperti Merauke, Papua.
Menurut Roni, masyarakat di Merauke diajari untuk memanfaatkan sumberdaya di sana yang bisa menghasilkan tenaga listrik terbarukan dan menggarap pertanian dan pertanian.
Hasil pertanian dan peternakan bisa diserap dan dimanfaatkan masyarakat lokal. “Semua hasilnya bisa dimanfaatkan bahkan sampai sampah (waste) yang dijadikan pupuk,” kata Roni.
“Kita perlu memikirkan bagaimana circular economy ini bisa diterapkan ke daerah lain,” katanya.
Menurutnya, Medco Foundation sudah menyelenggarakan pelatihan untuk beberapa pesantren di Jawa Barat dan dihubungkan dengan pemodal ventura lokal sebagai sumber pendanaan.
Selanjutnya, Medco Foundation akan melakukan pendampingan terhadap pesantren-pesantren tersebut.
“Program yang sudah dijalankan antara lain ternak domba dan program santri-preunership di Bogor. Santri-santri muda lulusan program ini diharapkan bisa menginisiasi usaha ekonomi di pesantren,” tambah Roni.
Pada kesempatan itu, Madeinindonesia.com Sr B2B Sales Manager Giovanny Tutupoly menjelaskan bagaimana platform B2B e-commerce global ini bisa membantu pesantren dan pelaku UKM memperluas akses pasar dan menjual produknya.
“Pesantren diberikan keanggotaan Premium membership gratis setahun senilai Rp 15 juta,” katanya.
Dalam Webinar yang sama, CEO Kaya.id Nita Kartikasari menekankan bahwa produk yang dihasilkan usaha kecil menengah bisa tidak kalah dari produk perusahaan yang lebih besar.
“UKM harus berpikir besar – think big. Jangan cuma jualan produk tetapi harus memikirkan bagaimana menjaga kelangsungan bisnis ke depan,” kata Nita.
Nita menambahkan pentingnya brand untuk sebuah produk. “Konsumen tidak cuma memilih brand anda. Mereka merasa connected, terhubung, dengan produk anda,” katanya. (rls/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti