Jutaan Vaksin Sinovac Kembali Merapat, Tetapi Legislator Ini Minta Pemerintah Jujur, Kenapa?

Jumat, 23 Juli 2021 – 12:11 WIB
Vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta pemerintah jangan ragu mengganti vaksin Sinovac dengan merek lain bila terbukti tidak efektif.

Menurutnya, pemerintah perlu melakukan evaluasi serius terkait efektifitas vaksin Sinovac dalam program vaksinasi Covid-19.

BACA JUGA: 8 Juta Dosis Bahan Baku Vaksin Sinovac Tiba di Indonesia, Gus Yaqut Bilang Begini

"Pemerintah harus jujur melakukan evaluasi ini. Semua harus diungkap apa adanya. Jangan sampai uang yang ratusan triliun untuk vaksinasi tidak berdampak terhadap upaya penanggulangan Covid-19 di tanah air," tegas

Sebelumnya diberitakan Pemerintah China memborong vaksin Pfizer buatan Amerika untuk keperluan vaksinasi rakyatnya. Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan, apakah Pemerintah China sendiri meragukan kemampuan vaksin produksi dalam negeri mereka?

BACA JUGA: Pengakuan Guru Besar FKUI soal Nakes Pada Luhut: Kami Minta Tolong Pak

Beberapa negara yang semula menggunakan Sinovac juga menyatakan beralih ke merek lain. Setidaknya Malaysia dan Thailand akan menghentikan penggunaan Sinovac bila persediaan habis.

Selanjutnya mereka akan menggunakan vaksin merek lain untuk kelanjutan program vaksinasi di negara mereka.

BACA JUGA: Instruksi Luhut Pada TNI dan Polri Serta Seluruh Pangdam: Jangan Ada yang Kalian Lewatkan

"Kita harus evaluasi vaksin Sinovac ini secara serius, karena faktanya efikasi vaksin ini menurut WHO hanya 51 persen dan hasil Uji BPOM hanya 65 persen. Kan masih ada jenis vaksin yang lebih tinggi efektivitasnya. Jadi wajar kalau kita minta pemerintah mengganti vaksin Sinovac ini dengan jenis vaksin yang efikasinya lebih tinggi," kata Mulyanto.

Mulyanto mendorong pemerintah mempercepat produksi vaksin Merah Putih yang tengah dikembangkan oleh LBM Eijkman.

"Untuk itu pemerintah perlu mengalokasikan sumberdaya dan sumber dana yang cukup untuk percepatan riset dan produksi vaksin dalam negeri ini," beber dia.

Selain itu, pemerintah perlu memperbanyak titik vaksinasi secara massif. Bila perlu fungsikan puskesmas, posyandu, kelurahan dan kantor RW, sehingga makin mudah dan banyak masyarakat yang terlayani.

"Negara jangan kalah dengan kepentingan mafia impor vaksin. Negara harus berani bersikap dalam kondisi krisis ini. Yang kita pertaruhkan bukan semata soal anggaran yang besar tetapi nasib rakyat Indonesia," tegas Mulyanto.

Kemarin, Indonesia kembali menerima delapan juta dosis vaksin Sinovac yang tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Provinsi Banten.

"Kami menyambut kedatangan vaksin Sinovac sebanyak delapan juta dosis. Ini adalah bagian dari komitmen pemerintah dan bangsa Indonesia dari bahaya Covid-19," ujar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dalam pernyataan pers yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis.

Kedatangan vaksin Sinovac pada gelombang kedatangan ke-29 ini menambah pasokan vaksin yang sebelumnya telah diterima pemerintah sebanyak 143.907.880 vaksin per 19 Juli 2021.

Yaqut mengatakan kehadiran vaksin ini diharapkan bisa mempercepat dan memperluas program vaksinasi agar segera tercipta kekebalan kelompok.

Tak hanya itu, kata dia, dengan pasokan vaksin yang cukup diharapkan pula target mampu melakukan penyuntikan dua juta dosis per hari pada Agustus dapat terealisasi.

"Pemerintah menargetkan dua juta orang sehari pada bulan Agustus, tentu ini butuh pasokan vaksin yang cukup. Dan kedatangan vaksin ini akan mendorong percepatan program vaksinasi secara nasional," kata Yaqut Cholil Qoumas. (mcr10/antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lonjakan Penularan Covid-19 Masih Akan Berlanjut? Begini Kata Luhut Binsar


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler