Australia sedang mengalami krisis sewa rumah karena semakin mahal, sementara gaji tidak meningkat dengan laju yang sama.
Kami mengutip sebuah laporan terbaru yang menyebutkan gaji enam digit atau AU$100.000 pun belum tentu cukup untuk menyewa tempat tinggal biasa. Ikuti pula berita soal ancaman serangan ke masjid di Sydney dalam Kabar Australia pekan ini.
BACA JUGA: Bagaimana Peluang Timnas Indonesia Lulus Piala Dunia 2026 Seusai Dihajar Australia?
Berapa gaji yang cukup untuk sewa rumah?Sepertinya sudah berakhir anggapan kalau gaji harus bisa mencapai AU$100.000 untuk bisa menyewa rumah biasa di Australia.
Sebuah laporan baru yang dikeluarkan lembaga Everybody's Home menemukan seorang lajang di Australia kini perlu berpenghasilan sedikitnya AU$130.000 untuk bisa membayar sewa unit biasa dengan nyaman.
BACA JUGA: Timnas Indonesia Kalah Terlalu Banyak, Kluivert: Kami Tak Pernah Menundukkan Kepala
Untuk menghitung apakah sewa rumah terjangkau, para pakar di Australia menggunakan angka yang tidak boleh melebihi dari 30 persen gaji.
Karenanya, orang yang berpenghasilan AU$70.000 per tahun harus menghabiskan lebih dari setengah pendapatan mereka untuk harga sewa unit rata-rata.
BACA JUGA: Masyarakat Sipil Anggap UU TNI Bermasalah dan Akan Kembalikan Dwifungsi Militer
Untuk lebih jelasnya, kamu bisa melihat tabel di bawah ini.
Lembaga tersebut mengatakan temuan tersebut menyoroti "pergeseran yang mengkhawatirkan" di pasar perumahan.
Artinya krisis sewa rumah kini tidak lagi terbatas pada warga Australia dengan pendapatan rendah.Harga sewa naik karena pelajar internasional?
Sebuah studi yang lain menyebut mahasiswa internasional sudah dijadikan kambing hitam atas kenaikan harga sewa rumah di Australia.
Peneliti di University of South Australia meneliti data dari departemen pemerintah dan Biro Statistik Australia pada 76 rentang waktu, antara tahun 2017 dan 2024.
Mereka tidak menemukan hubungan antara jumlah mahasiswa internasional dan krisis harga sewa rumah di Australia.
"Pasca COVID, di seluruh Australia, dan di semua ibu kota yang kami teliti, tidak ada korelasi signifikan secara statistik antara jumlah mahasiswa internasional dan biaya sewa," kata Profesor Michael Mu, salah satu peneliti.
"Secara politis, mereka [mahasiswa internasional] menjadi sasaran empuk karena mereka tidak memilih [saat Pemilu]. Saya pikir semua faktor menyatu dan mereka dikorbankan," katanya.
Temuan tersebut didukung oleh laporan dari Property Council of Australia yang dirilis tahun lalu, yang menyimpulkan mahasiswa internasional "secara tidak adil menanggung kesalahan" atas krisis sewa di Australia.
Awal pekan kemarin, mantan kepala Departemen Keuangan dan Departemen Perdana Menteri dan Kabinet, Martin Parkinson, mengatakan kepada Australian Financial Review kalau mahasiswa internasional tidak bersaing untuk mendapat rumah atau properti yang sama dengan warga lokal.Masjid di Sydney kembali diancam
Polisi kembali menyelidiki ancaman yang ditujukan ke masjid di barat daya Sydney.
Kemarin, dalam unggahan di Facebook, Masjid Lakemba mengatakan mereka menerima komentar di akun TikTok mereka yang merujuk pada serangan teroris ke masjid di Christchurch, Selandia Baru, yang mengakibatkan 51 kematian pada tahun 2019.
Kepolisian New South Wales mengonfirmasi jika mereka mulai menyelidiki ancaman daring yang ditujukan pada masjid tersebut.
Komandan Wilayah Metropolitan Barat Daya Asisten Komisaris Brett McFadden mengatakan kepada ABC Radio Sydney jika selama penyelidikan, polisi menemukan ancaman lain yang ditujukan pada sebuah masjid di dekat Padstow.
"Keduanya merujuk pada tragedi dalam insiden teroris di Christchurch pada tahun 2019," katanya pada Jumat (21/03) pagi.
"Fakta bahwa ada yang merujuk pada insiden mengerikan semacam itu adalah sesuatu yang kami tanggapi dengan sangat serius."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Wali Kota Istanbul Ditangkap Sebelum Maju Jadi Capres