Kabar Buruk dari Amerika Serikat Justru Menguntungkan Rupiah Hari Ini

Rabu, 26 Oktober 2022 – 10:51 WIB
Kurs rupiah hari menguat 23 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp 15.600 per USD.. Ilustrasi/foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi (26/10) menguat 23 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp 15.600 per USD.

Nilai tukar rupiah hari ini naik dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.623 per USD.

BACA JUGA: Rupiah Hari Ini Melemah Lagi, Benar-Benar Harus Waspada!

Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya menyebutkan penguatan rupiah dipicu kekhawatiran ekonomi yang dapat memburuk akibat kenaikan secara agresif suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).

"Kembali muncul kekhawatiran kondisi ekonomi AS yang memburuk akibat kebijakan moneter agresif dari bank sentral AS," tulis di Jakarta, Rabu (26/10).

BACA JUGA: Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Melemah Lagi, Inilah Pemicunya

The Federal Reserve telah mengambil kebijakan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin sebanyak tiga kali pertemuan sebelumnya, yang menjadi langkah darurat untuk menekan inflasi yang tinggi di Amerika Serikat.

Namun, belum adanya tanda-tanda penurunan inflasi dan beberapa data ekonomi yang menunjukkan kondisi yang makin melemah.

BACA JUGA: Alhamdulilah, Kurs Rupiah Hari Ini Mulai Bangkit, Neraca Perdagangan Surplus

Hal itu memberikan dukungan pada peringatan beberapa pejabat The Fed yang menyuarakan untuk lebih bersikap hati-hati dalam mengambil kebijakan moneter.

"Setidaknya tiga pejabat The Fed sudah menyuarakan kekhawatiran imbas buruk pada ekonomi jika The Fed melanjutkan untuk mengambil langkah moneter yang agresif ke depannya," Tim Riset Monex Investindo.

The Fed menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga di bawah level 75 bps, tetapi laporan inflasi tinggi di AS pada awal Oktober sempat kembali mendukung peluang kenaikan suku bunga sebesar 75 bps untuk keempat kali berturut-turut dari The Fed.

Beberapa pengamat ekonomi menyebutkan jika kebijakan agresif berlanjut, The Fed perlu menaikkan target tertinggi suku bunga acuan menjadi 4,5 persen - 5 persen pada 2023, untuk menekan inflasi.

Tetapi tingginya infasi dan tingkat suku bunga, akan melumpuhkan ekonomi dan menjadi beban bagi kreditur dalam memenuhi pembayaran utang akibat bunga yang tinggi.

Laporan ekonomi yang melemah di AS sejak bulan lalu dipandang sudah mencerminkan imbas buruk tersebut.

The Fed akan mengambil kebijakan moneter pada pekan depan tepatnya 3 November 2022 dan dapat menjadi penggerak sentimen utama USD. (antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler