Kabar dari AS Kurang Baik, tetapi Rupiah Tak Bisa Bangkit, Aduh!

Senin, 03 Juli 2023 – 13:26 WIB
Nilai tukar (kurs) rupiah pada Senin pagi meningkat 47 poin atau 0,33 persen ke posisi Rp 15.018 per USD. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada Senin pagi meningkat 47 poin atau 0,33 persen ke posisi Rp 15.018 per USD.

Kurs yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menguat setelah rilis data inflasi inti Amerika Serikat (AS) pada Jumat (20/6) malam waktu setempat menunjukkan penurunan.

BACA JUGA: USD Makin Menjanjikan, Rupiah Hari Ini Ambrol

Sebelumnya, posisi rupiah berada pada Rp 15.065 per USD pada perdagangan sebelumnya.

"Rilis data inflasi Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Inti atau Core Price Consumption Expenditures (PCE) Index yang menurun membuka ekspektasi bahwa Bank Sentral AS, The Fed bisa melonggarkan kebijakan pengetatan moneternya ke depan," kata Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra kepada Antara di Jakarta, Senin.

BACA JUGA: Ditipu Miliaran Rupiah oleh Rekan Kerja, Fuji: Buat Party Semua

Ariston mengatakan kondisi tersebut bisa mendorong pelemahan USD terhadap nilai tukar lainnya.

Inflasi inti AS, yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Inti menurun menjadi 4,6 persen pada Mei 2023 dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) dari 4,7 persen (yoy) pada April 2023. Indeks inflasi inti ini menjadi salah satu dasar The Fed untuk menentukan arah kebijakan.

Di sisi lain, pasar masih mewaspadai isu pelambatan ekonomi global dimana perlambatan sudah terjadi di Eropa dan China.

Data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur China yang akan dirilis sebentar lagi akan memberikan petunjuk ke pelaku pasar. Kekhawatiran ini bisa mendorong pelaku pasar kembali masuk ke aset aman.

Menurut dia, pasar juga masih berekspektasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada rapat bulan Juli ini, sehingga perkembangan terbaru data AS yang positif bisa memperkuat ekspektasi tersebut dan bisa mendorong penguatan dolar AS kembali.

Dari dalam negeri, Ariston menilai pasar berekspektasi data inflasi bulan Juni 2023 akan kembali menurun. Ekspektasi pasar inflasi tahunan Indonesia bisa menurun ke level 3,64 inflasi (yoy) pada Mei 2023 yang berada di level 4 persen (yoy).

"Inflasi yang mereda dan stabil bisa mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia," tuturnya.

Oleh karena itu, Ariston memperkirakan kurs Garuda berpeluang menguat ke arah Rp 15 ribu per USD sepanjang hari ini, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.080 per USD.

Pada akhir perdagangan Jumat (30/6), rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,48 persen atau 72 poin menjadi Rp 15.065 per USD dari sebelumnya Rp 14.993 per USD.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
rupiah   Amerika Serikat   as   Ekonomi   The Fed  

Terpopuler