Kabar Keangkeran Gunung Mayang

Rabu, 29 Agustus 2012 – 07:20 WIB
BOLEH percaya atau tidak, setiap ada kejadian di Indonesia, agaknya sulit sekali dilepaskan dari kaitan mistis. Terutama pada saat terjadinya bencana. Tak terkecuali jatuhnya pesawat Piper PA-31 Navajo (Chieftain) di Gunung Mayang yang berada di Desa Suka Rahmat, Kutai Timur.

GUNTUR M SUNAN, bontang

LEGA rasanya mengetahui pesawat yang hilang sejak Jumat (24/8) lalu ditemukan. Meskipun harus mendaki lereng bukit setinggi 1.300 kaki, namun semua rasa lelah dan capek hilang seketika. Itu sekaligus penantian panjang 3 hari dan 3 malam di hutan.

Begitu keempat jenazah penumpang pesawat dikirim ke RSUD Taman Husada untuk proses otopsi, saya dan fotografer Muhammad Jumri memutuskan pulang. Namun, karena harus cepat untuk memasok foto dan berita untuk Jawa Pos Group, akhirnya kami terpisah.

Jumri menumpang bus perusahaan, sedangkan saya menumpang mobil salah seorang karyawan perusahaan. Sayangnya, saya belum sempat berkenalan.
Menempuh perjalanan 32 Kilometer, tak enak rasanya jika tak mengobrol. Lantaran baru saja ada kabar hangat soal pesawat jatuh, percakapan pun tidak jauh-jauh dari bahasan pesawat jatuh dan lokasi jatuhnya.

“Daerah situ memang angker, Pak. Seringkali terjadi kecelakaan di sana (Gunung Mayang, Red). Kadang-kadang, ada juga mobil atau truk yang tiba-tiba rusak atau mati lampunya. Tapi setelah lewat, kendaraannya tidak ada masalah. Makanya, tak jarang sopir truk kami selalu jalan beriringan ketika lewat gunung itu,” kata rekan yang baru saya kenal tadi.

Dia mengatakan, Gunung Mayang merupakan gunung tertinggi di kawasan konsesi tambang batu bara PT Tambang Damai, sub kontraktor PT Tanito Harum, yang sebagian besar areanya berada di Taman Nasional Kutai (TNK). Topografi area tersebut merupakan hutan belantara yang belum terjamah tangan manusia.

“Jalan di sekitar Gunung Mayang memang sudah jarang dipakai lagi. Jadi kesannya sepi. Bisa jadi, pesawat itu sempat disembunyikan penunggunya. Karena sebenarnya, lokasi jatuhnya pesawat tidak jauh dari jalan utama (jalan tambang, Red),” katanya.

Senada diutarakan Slamet. Warga Kelurahan Api-Api yang mengaku paham kawasan hutan di sekitar TNK menyebut jika Gunung Mayang adalah memang angker. Menurutnya, adanya kejadian di kawasan itu wajar.

“Kalau dilihat, tempatnya memang angker (Gunung Mayang, Red.). Di sana ada penunggunya. Makanya, kalau sudah lewat gunung itu harus permisi dulu,” ujarnya. Apalagi, hutan tersebut memang asri.

Namun dia memastikan jika yang melintas berhati bersih, dipastikan selamat. “Kalau yang lewat itu pikirannya tidak baik, bisa jadi penunggunya marah. Makanya, jangan ngomong jelek, jorok atau berkelakuan buruk ketika lewat sana,” katanya.

Kendati demikian, di luar apakah jatuhnya pesawat itu berkaitan dengan mistis atau tidak, yang pasti para jenazahnya sudah ditemukan. Sejak Minggu (26/8) lalu, para jenazah sudah dibawa ke RSUD AW Sjahranie Samarinda untuk proses pemeriksaan identitas.

Keempat jenazah itu yakni pilot Kapten Marshal Basir, Peter John Elliott (warga Australia) selaku General Manager EGI, surveyor Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Security Officer Mabes TNI Kapten Suyoto. (kei)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lelaki Tua Meninggal di Tempat Pijat

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler