jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat sempat dihebohkan dengan adanya berita di media sosial yang mengatakan bahwa daerah Cilegon, Banten, diprediksi akan mengalami potensi gelombang tsunami setinggi 8 meter di akhir tahun 2021.
Hal itu disebabkan karena adanya kesalahpahaman terkait apa yang dibicarakan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, terkait potensi bencana tsunami yang dapat terjadi di wilayah Indonesia saat libur Hari Natal dan Tahun Baru.
BACA JUGA: BPBD Banten Minta Warga Waspadai Potensi Tsunami, Ada Apa?
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono beri penjelasan.
Dia menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah mengeluarkan prediksi mengenai daerah Cilegon akan mengalami tsunami menjelang akhir tahun 2021.
BACA JUGA: Tempat Pijat Plus-Plus Menyediakan Perempuan Muda
“Terkait dengan pemberitaan yang sedang beredar saat ini, mengenai potensi tsunami di Cilegon, BMKG tidak mengeluarkan prediksi dan tidak memberikan prediksi akan terjadinya tsunami pada saat Hari Natal dan Tahun Baru,” kata Daryono dilansir dari Antara, Jumat.
Daryono menjelaskan Cilegon hanya merupakan salah satu contoh daerah rawan yang memiliki potensi tsunami dan dibicarakan dalam konteks secara umum untuk meminta masyarakat waspada terkait dengan cuaca, iklim, gelombang laut serta gempa dan tsunami saja.
"Artinya, sama saja dengan kota lain yang memiliki potensi dan catatan sejarah tsunami," kata Daryono.
Berdasarkan katalog tsunami BMKG, sejak tahun 1608 Indonesia telah mengalami bencana gelombang tsunami sebanyak 246 kejadian, sampai dengan yang terjadi di Selat Sunda beberapa waktu lalu.
Dia turut menyebutkan memang terdapat beberapa daerah yang juga termasuk dalam daerah rawan akan bencana, seperti wilayah pantai Barat Sumatera dari Aceh sampai Lampung, Selat Sunda dari Jawa Barat hingga Banyuwangi, Selatan Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur juga Sulawesi.
Sehingga, semua pihak diharapkan untuk selalu waspada dengan bencana yang akan terjadi sewaktu-waktu.
“Jadi Ibu Dwikorita sebenarnya berbicara secara umum mengimbau kepada masyarakat pentingnya untuk mewaspadai terkait dengan cuaca, iklim, gelombang laut, gempa dan tsunami. Itu wajar dan memang tugas utama kita,” kata dia.
Menurut Daryono, gempa bumi dan tsunami merupakan bencana alam yang hingga saat ini belum bisa diprediksi kapan akan terjadi.
Namun bisa dimodelkan potensi bahayanya dengan menggunakan skenario terburuk untuk acuan mitigasi konkret seperti melalui sumber gempa, catatan sejarah suatu daerah mengalami bencana serta hasil monitoring yang dilakukan BMKG.
Oleh sebab itu, dia meminta pada seluruh masyarakat khususnya warga Cilegon, supaya tidak terpengaruh terhadap informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan terus mengikuti perkembangan informasi kebencanaan melalui kanal resmi milik BMKG.
Daryono juga meminta pada semua media untuk lebih teliti dalam membedakan kata prediksi dan potensi bencana. Sehingga, dapat mencegah terjadinya hoaks yang akan timbul dan meresahkan masyarakat.
“Masyarakat tidak perlu khawatir dan panik berlebihan. Siapa pun tidak ada yang bisa memprediksi gempa dan tsunami. Jadi masyarakat tidak usah terlalu panik selama tidak ada peringatan dini tsunami yang dikeluarkan BMKG,” tegas Daryono. (antara/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti