Kabar Tak Sedap, Menteri Keuangan Mulai Waspada, Ada Apa?

Senin, 25 Oktober 2021 – 16:00 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) membagikan kabar kurang sedap soal isu global. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membagikan kabar kurang sedap soal isu global.

Pasalnya, dikhawatirkan Indonesis bakal terdampak.

BACA JUGA: Jangan Coba-Coba Lakukan Ini, Menteri Keuangan Tak Akan Tinggal Diam

“Dinamika global ini menjadi sesuatu yang perlu kita waspadai dalam mengelola perekonomian kita,” katanya dalam jumpa pers APBN KiTA di Jakarta, Senin (25/10).

Sri Mulyani memerinci isu global yang sedang terjadi seperti isu tapering dan kenaikan suku bunga Bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed), serta debt limit di Amerika Serikat (AS).

BACA JUGA: Wakil Menteri Keuangan Sebut Indonesia Bersiap untuk Nol Emisi Karbon

Kemudian, tapering oleh Bank sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) dan Bank sentral Inggris atau Bank of England (BoE).

Selain itu, dampak Brexit pada labor shortages sekaligus gangguan suplai.

BACA JUGA: Menteri Keuangan Beberkan Sejumlah Fakta Ini di Hadapan Bank Dunia

“Dampak dari Brexit menimbulkan disrupsi di sisi suplai, dari sisi labor maupun inflasi,” ujarnya.

Tidak sampai di situ, Menteri Keuangan Terbaik 2020 versi Global Markets bahkan menyebut Indonesia harus waspada pada risiko gagal bayar Evergrande dan potensi perlambatan ekonomi China.

Sri Mulyani memprediksi seluruh gejolak dhnia bakal berdampak pada perekonomian dunia.

Sebagai contoh, lanjut dia, mulai dari harga komoditas, maupun perekonomian secara umum.

“Semua ini menjadi satu yang pasti mempengaruhi ekonomi Indonesia,” tegasnya.

Sri menyebutkan terdapat juga risiko dari fluktuasi harga komoditas energi akibat krisis energi China dan winter, kelangkaan input dan kenaikan upah, sekaligus biaya shipping, naiknya ongkos produksi, dan risiko stagflasi.

Perempuan kelahiran Bandarlampung itu menjelaskan berbagai isu itu bedampak pada peningkatan volatilitas pasar keuangan.

Dia menyebut seperti penurunan arus modal, peningkatan minat pada safe haven asset, penguatan USD, kenaikan imbal hasil termasuk SBN serta penurunan saham.

Dampak itu juga akan berimplikasi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

"Terganggunya supply chain dalam negeri yang berdampak pada sektor manufaktur serta penurunan permintaan terhadap barang ekspor mitra dagang AS dan China," tegas Sri Mulyani. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler