Kabut Asap Bisa Sebabkan Depresi?

Rabu, 25 September 2019 – 13:53 WIB
Kabut asap. Foto ilustrasi: Riau Pos/JPNN.Com

jpnn.com - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Sumatera dan Kalimantan makin pekat. Bukan hanya mengakibatkan gangguan fisik, penduduk di sekitar juga perlu mewaspadai depresi akibat kabut asap. Kabut asap yang melanda Riau, Sumatra Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat saat ini diakibatkan oleh karhutla, terutama kebakaran lahan gambut.

Kabut asap bisa sebabkan depresi?

BACA JUGA: Kabut Asap, Wings Air Batalkan Jadwal Penerbangan

Sebagai contoh, ada sebuah studi menarik di Yunani tahun 2011 di jurnal “European Psychiatry”. 

Studi tersebut menunjukkan bahwa orang-orang yang menderita kehilangan akibat kebakaran hutan mencetak skor yang secara signifikan lebih tinggi pada gejala somatis, depresi, kecemasan, permusuhan, kecemasan fobia, paranoia, mengalami gejala lainnya, serta lebih tertekan.

BACA JUGA: Sumatera dan Kalimantan Masih Kabut Asap, Iwan Fals: Ayolah Api Segera Reda

Meski demikian, studi tersebut tidak secara spesifik meneliti asap dan studi itu sendiri belum definitif.

Dari KlikDokter, dr. Dyan Mega Inderawati ikut bersuara. Menurutnya, depresi juga bisa mengancam orang-orang yang terpapar kabut asap setiap harinya.

BACA JUGA: 3 Cara Mencegah Gangguan Pernapasan Akibat Kebakaran Hutan

Penyebabnya bisa akibat sakit fisik yang tak kunjung sembuh dan/atau karena kondisi kabut asap tak juga mereda.

“Depresinya itu bisa karena keadaan lingkungan yang membuat seseorang stres berat atau akibat sakit yang tak sembuh-sembuh. Misalnya karena kabut asap, seseorang mengalami batuk berkepanjangan. Itu bisa membuatnya depresi,” kata dr. Dyan menjelaskan.

Depresi akibat kabut asap tersebut bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia yang terpapar asap. Siapa yang paling rentan pun bergantung pada kondisinya.

"Kalau stres karena kabut asap yang dipicu sakit fisik, paling adalah rentan anak-anak dan lansia, sedangkan usia produktif kemungkinannya lebih kecil.

“Ada pula pekerja, itu berarti orang dewasa yang stres karena produktivitasnya terganggu akibat kabut asap. Semua golongan rentan stres akibat kabut asap, tergantung pemicunya apa,” jelas dr. Dyan.

Bukan hanya kesehatan fisik, kesehatan mental juga perlu diperhatikan sebagai akibat dari kabut asap karhutla di beberapa wilayah di Sumatra dan Kalimantan. Salah satunya adalah depresi. Semoga saja penanganan kabut asap bisa dimaksimalkan, sehingga kabut asap bisa segera hilang dan penduduk sekitar bisa menghirup udara yang layak.(RN/RH/klikdokter)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler