PEKANBARU - Asap karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Bengkalis, Riau, mulai mengganggu pelayaran kemarin (18/6). Administrator pelabuhan (adpel) pun mengeluarkan amaran kepada nakhoda dan perusahaan pelayaran yang kapalnya melintasi Selat Bengkalis.
Menurut Lilik Thio, nakhoda KMP Aeng Mas, jarak pandang sangat terbatas, sekitar 1.000 meter di Perairan Bengkalis. Untuk pelayaran, jarak itu mengganggu. ''Biasanya, batas normal jarak pandang di perairan minimal 2.000 meter. Saat ini ketika berlayar, kami terus berkomunikasi dengan kapal lain yang melintasi Selat Bengkalis,'' katanya kemarin.
Kepala Adpel Bengkalis Muhammad Fikri menyatakan sudah mengeluarkan amaran terkait dengan gangguan asap tersebut. Pihak adpel menyebarkan surat edaran agar seluruh kapal yang melintasi perairan Bengkalis dan sekitarnya menyalakan lampu. ''Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, dua hari terakhir kami minta seluruh kapal yang berlayar untuk menyalakan lampu navigasi,'' ujarnya.
Adpel juga meminta nakhoda dan agen pelayaran menunda keberangkatan bila kondisi dianggap tidak memungkinkan. Kabut asap memang cukup tebal di Perairan Dumai-Bengkalis hingga Kepulauan Meranti.
''Untuk pelayaran antarpulau dan antarprovinsi, kami sudah ingatkan kepada nakhoda agar tetap di jalur pelayaran normal. Bila kabut asap dianggap mengganggu jarak pandang dan membahayakan pelayaran, kami minta keberangkatan dibatalkan,'' imbau Fikri.
Khusus nelayan tradisional yang selama ini menangkap ikan di Perairan Bengkalis, Fikri mengimbau tidak mencari ikan terlalu jauh dari daratan. Sebab, jarak pandang yang terbatas dinilai bisa membahayakan siapa saja, termasuk nelayan.
Sementara itu, indeks standar polutan (ISP) di Kota Dumai kemarin pagi tercatat 293. Itu masuk kategori membahayakan kesehatan. Makin siang, kualitas udara makin buruk. Bahkan, sejak pagi hingga petang, matahari tidak terlihat karena terhalang kabut asap. ''Pencemaran udara sudah masuk kategori membahayakan,'' tutur Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai Marjoko Santoso.
Karena kondisi tersebut, warga kota berinisiatif melarang anak-anak mereka pergi ke sekolah. ''Dari pandangan mata saja, sudah terlihat kualitas udara di luar rumah buruk. Karena itu, saya minta anak-anak tidak ke sekolah. Apalagi, ujian sudah selesai,'' kata Herawati, warga Jalan Sudirman.
Kondisi udara di luar kota, misalnya Bukit Kapur, Sungai Sembilan, dan Medang Kampai, bahkan dinilai lebih parah. Jarak pandang di sana hanya sekitar 300 meter. Enam titik api yang terpantau satelit NOAA-18 memang berada di dua kecamatan itu.
Menurut laporan Badan Lingkungan Hidup Pelalawan, Riau, 27 titik api terpantau satelit NOAA-18 di sejumlah kecamatan di Pelalawan sejak Senin (17/6). Titik api tidak hanya ditemukan di areal perkebunan warga, tapi juga di HTI, HPH, dan perkebunan milik perusahaan. Akibatnya, pangkalan Kerinci diselimuti kabut tebal. (evi/jpnn)
Menurut Lilik Thio, nakhoda KMP Aeng Mas, jarak pandang sangat terbatas, sekitar 1.000 meter di Perairan Bengkalis. Untuk pelayaran, jarak itu mengganggu. ''Biasanya, batas normal jarak pandang di perairan minimal 2.000 meter. Saat ini ketika berlayar, kami terus berkomunikasi dengan kapal lain yang melintasi Selat Bengkalis,'' katanya kemarin.
Kepala Adpel Bengkalis Muhammad Fikri menyatakan sudah mengeluarkan amaran terkait dengan gangguan asap tersebut. Pihak adpel menyebarkan surat edaran agar seluruh kapal yang melintasi perairan Bengkalis dan sekitarnya menyalakan lampu. ''Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, dua hari terakhir kami minta seluruh kapal yang berlayar untuk menyalakan lampu navigasi,'' ujarnya.
Adpel juga meminta nakhoda dan agen pelayaran menunda keberangkatan bila kondisi dianggap tidak memungkinkan. Kabut asap memang cukup tebal di Perairan Dumai-Bengkalis hingga Kepulauan Meranti.
''Untuk pelayaran antarpulau dan antarprovinsi, kami sudah ingatkan kepada nakhoda agar tetap di jalur pelayaran normal. Bila kabut asap dianggap mengganggu jarak pandang dan membahayakan pelayaran, kami minta keberangkatan dibatalkan,'' imbau Fikri.
Khusus nelayan tradisional yang selama ini menangkap ikan di Perairan Bengkalis, Fikri mengimbau tidak mencari ikan terlalu jauh dari daratan. Sebab, jarak pandang yang terbatas dinilai bisa membahayakan siapa saja, termasuk nelayan.
Sementara itu, indeks standar polutan (ISP) di Kota Dumai kemarin pagi tercatat 293. Itu masuk kategori membahayakan kesehatan. Makin siang, kualitas udara makin buruk. Bahkan, sejak pagi hingga petang, matahari tidak terlihat karena terhalang kabut asap. ''Pencemaran udara sudah masuk kategori membahayakan,'' tutur Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai Marjoko Santoso.
Karena kondisi tersebut, warga kota berinisiatif melarang anak-anak mereka pergi ke sekolah. ''Dari pandangan mata saja, sudah terlihat kualitas udara di luar rumah buruk. Karena itu, saya minta anak-anak tidak ke sekolah. Apalagi, ujian sudah selesai,'' kata Herawati, warga Jalan Sudirman.
Kondisi udara di luar kota, misalnya Bukit Kapur, Sungai Sembilan, dan Medang Kampai, bahkan dinilai lebih parah. Jarak pandang di sana hanya sekitar 300 meter. Enam titik api yang terpantau satelit NOAA-18 memang berada di dua kecamatan itu.
Menurut laporan Badan Lingkungan Hidup Pelalawan, Riau, 27 titik api terpantau satelit NOAA-18 di sejumlah kecamatan di Pelalawan sejak Senin (17/6). Titik api tidak hanya ditemukan di areal perkebunan warga, tapi juga di HTI, HPH, dan perkebunan milik perusahaan. Akibatnya, pangkalan Kerinci diselimuti kabut tebal. (evi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kuota Listrik Jambi Dikurangi
Redaktur : Tim Redaksi