Kader Golkar Akui Pertemukan Hambit dan Chairun Nisa

Kamis, 06 Februari 2014 – 16:07 WIB
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Palangkaraya, Rusliansyah, bersaksi pada sidang kasus suap terkait penanganan perkara Pilkada di MK dengan terdakwa Chairunnisa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jalan Rasuna Sahid, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (6/2). Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA -- Ketua Dewan Pimpinan Daerah I Partai Golkar Kalimantan Tengah, Rusliansyah, mengaku sebagai orang yang menjembatani pertemuan Bupati Gunung Mas, Hambit Bintih, dengan politikus Partai Golkar, Chairun Nisa.

Pertemuan itu untuk mengurus sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Gunung Mas di Mahkamah Konstitusi (MK).  Meski demikian, awalnya Rusli sempat menyangkal menghubungi Nisa.

BACA JUGA: Hari Ini KPK Geledah Lima Tempat

Awalnya, jaksa penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi mencecar Rusliansyah soal isi pesan singkat yang dia kirim kepada Nisa dan Hambit. Dalam pesan singkat itu, menurut jaksa, Rusli adalah pihak yang menghubungi Hambit untuk menawarkan bantuan.

"Yang menawarkan bantuan lebih dulu siapa?," tanya Jaksa Pulung dalam sidang Hambit Bintih, Cornelis Nalau Antun, dan Chairun Nisa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (6/2).

BACA JUGA: Dorong KPK Usut Dana Otsus Papua

"Sebelumnya Pak Hambit, tapi selanjutnya saya duluan. Kan Pak Hambit yang berkepentingan, jadi dia yang hubungi duluan," jawab Rusli.

Rusli menjelaskan, awalnya memang Hambit menghubunginya setelah pilkada Gunung Mas selesai. Tetapi, dia berkelit Hambit cuma bertanya soal musyawarah daerah luar biasa DPD I Partai Golkar.

BACA JUGA: Datang ke Papua Bawa M-16, Pulang Bawa 16 M

"Waktu itu Pak Hambit menghubungi saya, 'Kalau nanti proses pilkada Gunung Mas sampai pada MK, tolong bantu saya.' Saya bilang, 'Cobalah nanti saya hubungi koordinator wilayah.' Makanya saya janji akan menghubungi korwil. Waktu itu korwilnya Bu Nisa," papar Rusli.

Rusli juga mengaku mempertemukan Hambit dan Nisa di Hotel Sahid, Jakarta, pada 19 September 2013. Tetapi, dia berdalih tidak mengetahui pembicaraan keduanya. Hanya sekedar menjembatani.

Rusli berkilah sejak mempertemukan Nisa dan Hambit, dia sudah tidak tahu lagi apa perkembangan pengurusan pilkada itu. Tetapi, saat jaksa penuntut umum menunjukkan bukti kiriman pesan singkat antara Rusli dengan Nisa dan Hambit sejak 20 September 2013 sampai 2 Oktober 2013, dia akhirnya mengaku masih mengawal perkara itu. Ia mengklaim memang menanyakan perkembangan karena ia ingin membantu Hambit.

"Ya saya merasa tidak enak, makanya saya bantu Pak Hambit tanya ke Bu Nisa, karena Pak Hambit teman saya,"  kata Rusli. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditemukan Senpi dan Bom di Lokasi Baku Tembak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler