Kader Korupsi, Suara Partai Jeblok

Selasa, 07 Agustus 2012 – 20:00 WIB
JAKARTA -- Lembaga survei Trust Indonesia membeberkan hasil survei terbaru mereka yang bertajuk "Public Concern dan Perilaku Pemilih Menjelang Pemilu 2014", Selasa (7/8), di Jakarta.

Survei digelar pada 8-22 Juli 2012 di 33 provinsi dengan sampel 200 desa dan jumlah responden 1996. Tingkat kepercayaan 95 persen dan margin error 2,5 persen.

Salah satu kesimpulan hasil riset itu menyatakan, publik akan meninggalkan partai yang kadernya terindikasi terlibat  korupsi. Publik juga tidak akan memilih calon legislatif partai tersebut pada pemilu 2014 nanti.

Direktur Trust Indonesia, Zudan Rosyidi, di Jakarta, Selasa (7/8), membeberkan, sebanyak 1670 responden atau 83,7 persen menganggap korupsi sebagai hal yang marak di Indonesia dan menjadi variabel terpenting dalam menentukan pilihannya saat pemilu.

Sebanyak 18,8 persen responden menjawab pada pemilu 2009 memilih Partai Demokrat. Jumlah itu selisih dua persen dari raihan PD di pemilu 2009.

Sedangkan 13,2 persen memilih Golkar, 12,4 persen memilih PDI Perjuangan, sebanyak 7,7 persen memilih PKS, 5,9 persen pemilih PAN, 5,1 persen pemilih PPP, 4,4 persen pemilih PKB, dan 4,3 persen pemilih Gerindra. "Sebanyak 12,9 persen memilih tak menjawab," katanya.

Jika pemilu dilakukan pada saat survei dilaksanakan atau Juli 2012, Golkar menempati rangking pertama dengan raihan 13,5 persen. Partai Demokrat di posisi kedua dengan raihan 11,6 persen dan pada posisi ketiga bertengger PDI Perjuangan dengan 9,7 persen.

Menyusul di urutan keempat PKB 6,2 persen, Gerindra 5,2 persen, Nasdem  4,9 persen, PKS 4,1 persen, PPP 3,4 persen, dan PAN 3,2 persen.

Riset itu juga menemukan, larinya suara pemilih PD, PDIP, dan partai lainnya akan menguntungkan Nasdem, Gerindra, serta PKB.

Nasdem menjadi yang tertinggi memperoleh lungsuran suara PD, yakni 32,9 persen, diikuti Gerindra dan PKB mendapat masing-masing 9,1 persen suara pemilih PD, dan terakhir Golkar mendapat 4,9 persen.

Suara PDIP beralih ke Gerindra sebesar 20,4 persen, disusul PKB dengan 16,7 persen, lalu lari ke Nasdem sebesar 9,3 persen.

Suara PKS yang turun jauh lari ke Nasdem secara keseluruhan. Suara PPP yang turun sebanyak 31,7 persen lari ke PKB, dan 5 persen lari ke Nasdem.

"Kebanyakan responden yang dulu memilih Partai Demokrat, PDIP, PKS, lari ke partai baru yakni Nasdem," katanya.

Hal ini menurut dia, mungkin dikarenakan mereka masif beriklan. "Warga doyan juga dengan barang baru," kata Zudan.

Riset juga menemukan alasan para responden mengalihkan dukungan suaranya karena mayoritas menganggap masalah korupsi menjadi pemicu utama perpindahan responden, yakni sebanyak 44,6 persen.

Alasan selanjutnya adalah masalah integritas dan moral anggota partai yang sangat diragukan dipilih oleh 17,2 responden.

"Ini respon atas maraknya perilaku elit partai yang terkait korupsi dan skandal asusila. Ini artinya bahwa tak ada jalan lain bagi partai selain memecat atau menonaktifkan anggotanya yang disidik hukum atau terlibat kasus," kata Zudan.

Afthonul Afif, peneliti Trust Indonesia menambahkan, Partai Demokrat menjadi partai yang paling banyak ditinggalkan karena masalah korupsi, disusul dengan PDIP, lalu PAN, PKS, dan Hanura.

"Begitu juga dengan masalah integritas moral anggota partai, Partai Demokrat menjadi partai yang paling banyak ditinggalkan oleh pemilihnya," beber Afif.  (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPU DKI Jaga Suara Korban Kebakaran

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler