DEN HAAG - Mahkamah Internasional menyatakan akan menyelidiki kemungkinan terjadinya kejahatan kemanusiaan di LibyaKemarin (3/3), di Den Haag, Belanda, Luis Moreno-Campo, salah seorang penyelidik, menegaskan bahwa ada dugaan pasukan Muammar Kadhafi, pemimpin Libya, telah menyerbu demonstran yang beraksi secara damai
BACA JUGA: SBY Setujui Timor Leste Gabung ASEAN
"Tidak ada pengampunan di Libya," tegas Moreno-CampoDunia luar memang mengutuk keras sikap Kadhafi dalam menangani demonstrasi melawan kekuasaannya yang sudah berlangsung lebih dari 40 tahun
BACA JUGA: Menteri Minoritas Pakistan Terbunuh
Pada awal krisis pertengahan bulan lalu, tentara Kadhafi dituduh menembaki demonstran hingga menewaskan ratusan orangKrisis pun berkembang kian panas
BACA JUGA: Nepal Waspadai Ganja di Hari Suci
Oposisi dan demonstran bergabung dengan sejumlah tentara yang membelotBibit perang sipil munculPertempuran demi pertempuran terus terjadi di sejumlah kota.Moreno-Campo menambahkan, penyelidikan yang segera berlangsung yang didukung penuh Dewan Keamanan PBB itu merupakan peringatan bagi rezim Kadhafi supaya segera menghentikan pembunuhan terhadap warga sipil"Kalau yang berwenang secara de facto memerintahkan penyerangan, mereka bakal dipidana," tegasnya.
Kemarin, nama yang disebut jelas bakal diperiksa memang KadhafiTapi, Moreno-Campo juga menyatakan bahwa orang-orang dalam di sekitar Kadhafi tak luput dari pemeriksaanBahkan, pasukan pemberontak yang telah berhasil merebut senjata dan terbukti membantai warga sipil tak bisa lepas dari jerat hukum internasional.
Ada tujuh orang Kadhafi yang diduga bertanggung jawabYaitu, komandan batalyon 32, kepala pasukan pengawal Kadhafi, penasihat keamanan dalam negeri, direktur jenderal organisasi keamanan eksternal, juru bicara rezim Kadhafi, kepala pasukan keamanan dalam negeri, serta menteri luar negeriWalaupun namanya tak disebutkan, publik mengetahui bahwa komandan batalyon 32 adalah Khamis Kadhafi, anak sang pemimpin revolusi tersebutLalu, anak yang lain, Muatassim Kadhafi, adalah penasihat keamanan dalam negeriSementara itu, menteri luar negeri adalah Moussa Koussa.
Moreno-Campo menyatakan tak tahu apakah ada pejabat lain yang bakal terseret dalam penyelidikan kasus kejahatan internasional tersebutSelama ini, Kadhafi menolak segala tuduhan ituDia justru menyatakan bahwa yang berdemo menentang dirinya adalah agen-agen Al Qaidah.
Kalau penyelidikan tersebut gol, itu adalah kali kedua seorang pemimpin negara dihadapkan pada Mahkamah InternasionalYang pertama adalah Omar Al-Bashir, pemimpin Sudan, yang didakwa melakukan pembunuhan masal di DarfurAl-Bashir menolak tuduhan itu dan tidak mau menyerah kepada mahkamah tersebut.
Memang, mahkamah yang didukung PBB itu tak punya kekuatan untuk langsung menangkap para terdakwaMereka masih bergantung pada aparat keamanan negara tersebut untuk menangkap terdakwa dan mengekstradisinya ke Den Haag
Akibat krisis politik itu, ribuan orang mengungsiSebagian besar adalah pekerja asingMereka menumpuk di perbatasan Libya-TunisiaAreal perbatasan pun penuh dan berubah menjadi padang pengungsiMereka bertahan di luar ruangan dalam cuaca yang sedang dinginBanyak di antara pengungsi itu yang tinggal selama 4-5 hari di luar dengan berbekal sebongkah roti sajaKarena itu, di tapal batas Tunisia, Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mendirikan rumah sakit darurat berbentuk tenda-tenda.
Sementara itu, kancah perang sipil di Libya kian panasPasukan pemerintah menurunkan jet-jet untuk menyerbu Brega, kota yang dikuasai oposisiPesawat yang dihadapi secara manual dengan senapan antipesawat oleh warga itu juga menjatuhkan dua bom di dekat pangkalan minyak di kota tersebut.
Serangan itu, tampaknya, merupakan pemenuhan janji Kadhafi bahwa Libya akan menjadi lautan darah kalau Barat ikut campur urusan dalam negerinyaDia menjanjikan perang yang sangat-sangat panjang sampai titik darah penghabisanKemarin, Kementerian Pertahanan Belanda juga melansir bahwa tiga Marinir-nya ditangkap serdadu Libya ketika membantu pengungsi di Kota Sirte(Reuters/AFP/AP/c5/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Mudah Evakuasi WNI dari Libya
Redaktur : Tim Redaksi