jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua Umum Kadin Jawa Timur, Deddy Suhajadi turut menyesalkan kampanye antitembakau yang gencar belakangan ini. Pria yang juga ketua Tim Revitalisasi Tembakau mengakui bahwa aksi itu mengganggu industri hasil tembakau (IHT).
Deddy mengatakan, selain dengan aksi kampanye antitembakau, konsentrasi pengusaha juga diganggu dengan pemenuhan target cukai yang sangat tinggi dari pemerintah. Ia khawatir, dengan gangguan kampanye hitam di tengah iklim usaha yang kurang kondusif membuat beban pengusaha makin meningkat.
BACA JUGA: Cecar Calon Deputi Gubernur BI soal Akta FPJP untuk Century
"Sekarang ini dalam posisi yang alamnya yang sangat rawan tidak tercapai target," kata Deddy, Senin (20/4).
Pernyataan ini disampaikan terkait dengan deklarasi yang dilakukan Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) di Surabaya, Kamis (16/4). Selain Kadin, sebelumnya Ketua Gabungan Perusahaan Rokok (Gapero) Jawa Timur, Sulami Bahar juga mengkritik deklarasi WITT.
BACA JUGA: Garap KA Bandara Soetta, KAI Rombak Stasiun Manggarai
Deddy berharap, di tengah kesulitan para pengusaha tembakau, pemerintah harus turun tangan untuk meminimalisir kampanye negatif dan juga membuat grand design untuk melindungi industri hasil tembakau terutama pabrik-pabrik kecil agar tidak gulung tikar dengan kenaikan cukai tinggi. Tanpa ada sokongan pemerintah maka hal buruk seperti permainan pita cukai dikhawatirkan bisa terjadi.
Deddy menegaskan, meski kampanye negatif terhadap tembakau tiap waktu terus bergulir, namun kontribusi terhadap APBN tak kunjung turun. Target cukai berapa pun selalu bisa dipenuhi. Maka tak heran sumbangan IHT nomor dua setelah migas.
BACA JUGA: Baru Jatim dan Kukar yang Siap Hadapi Pasar Bebas
Agar kontribusi semakin besar, maka beragam kampanye harus disingkirkan sekaligus industri diberi keringanan seperti ada pajak khusus, kemudian fasilitas kredit, juga diberikan penghargaan bagi mereka yang mencapai target.
"Kampanye negatif ini selalu dipengaruhi kepentingan persaingan dagang dari pihak luar, karena pasar dalam negeri sangat besar," tegasnya.
Kadin menilai deklarasi anti tembakau kental aroma kepentingan pihak asing untuk membuat Industri Hasil Tembakau di dalam negeri makin tidak berkutik.
"Deklarasi itu sangat mengagetkan. Saya menilai pasti ada orang atau pihak tertentu me-remote dari luar, apalagi deklarasi itu dilakukan di jantung industri tembakau, yakni Jawa Timur. Ada grand design dari asing pokoknya Indonesia jangan berdiri sebagai negara industri," tandas,
Ia setuju dengan Ketua Gabungan Perusahaan Rokok (Gapero) Jawa Timur, Sulami Bahar bahwa jika memang anti tembakau anti rokok tidak usah dideklarasikan karena rawan konflik kepentingan.
Sulami curiga, deklarasi itu ditunggangi pihak-pihak tertentu yang selama ini selalu merongrong industri hasil tembakau nasional.
Ia khawatir, sikap antipati terhadap tembakau yang mulai masuk ke daerah, juga dipengaruhi kepentingan kampanye antitembakau yang disponsori agen-agen industri internasional. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tarif Tiket KA Bandara Soetta Dipatok Rp 100 ribu
Redaktur : Tim Redaksi