jpnn.com - Teh merupakan salah satu minuman yang kerap dihidangkan, khususnya jika diminum pada pagi hari, waktu santai, jelang tidur, atau saat cuaca dingin. Namun waspadalah, minum teh panas dikaitkan dengan meningkatnya risiko kanker esofagus.
Mengenal kanker esofagus
BACA JUGA: 5 Manfaat Minum Teh Kapulaga untuk Kesehatan
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan antara mulut dan lambung. Jadi setelah makanan dikunyah di mulut, makanan tersebut akan melewati esofagus, kemudian masuk ke dalam lambung.
Kanker esofagus terjadi jika sel-sel yang melapisi saluran esofagus berubah menjadi ganas dan berkembang biak tak terkendali, sehingga menyebabkan benjolan di dalam esofagus yang membesar dengan cepat.
BACA JUGA: Jangan Minum Teh dan Kopi yang Terlalu Panas
Benjolan di dalam esofagus tak bisa dilihat dari luar. Gejala yang umumnya dirasakan adalah kesulitan menelan.
Pada tahap awal, biasanya penderita kanker esofagus kesulitan menelan makanan yang keras. Namun lama-kelamaan, makanan lumat dan cair pun akan sulit untuk ditelan.
Selain itu, sebagai akibat dari gangguan menelan dan sel kanker yang berkembang cepat, biasanya berat badannya penderita akan turun drastis dan mengalami malnutrisi.
Jika kanker esofagus diketahui secara dini, umumnya dokter akan melakukan operasi untuk memotong bagian esofagus yang mengalami kanker dan menyambungkan bagian sehat. Namun, jika kanker esofagus baru ketahuan saat stadium sudah lanjut, radiasi dan kemoterapi perlu untuk dilakukan.
Teh panas dan kanker esofagus
Temuan beberapa studi dari negara-negara di daerah Timur Tengah dan Asia terbilang sangat mengejutkan. Terungkap bahwa orang-orang yang meminum teh dengan suhu di atas 60 derajat Celcius sebanyak 2-3 gelas per hari memiliki risiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami kanker esofagus, dibandingkan dengan mereka yang minum teh 2-3 gelas per hari dengan suhu biasa atau dingin.
Lebih lanjut, ditemukan bahwa semakin panas teh yang biasa diminum, semakin tinggi risikonya. Jika seseorang suka minum teh panas dengan suhu 90 derajat Celcius atau lebih, risikonya mengalami kanker esofagus meningkat 10 kali lipat.
Hingga kini, peneliti belum bisa menjelaskan dengan pasti mengapa teh panas bisa meningkatkan risiko kanker esofagus. Namun, diduga bahwa suhu panas dapat merusak sel-sel di daerah esofagus, sehingga sel di esofagus menjadi ganas.
Selain itu, meski studi-studi tersebut meneliti dampak teh panas terhadap kanker esofagus, peneliti mengungkapkan bahwa sebenarnya bukan hanya teh panas saja yang patut diwaspadai. Minuman apa pun yang diminum dalam keadaan panas juga harus diwaspadai, karena bisa menimbulkan dampak yang sama.
Para peneliti menilai bahwa terkena trauma suhu panas yang berulang-ulang pada kerongkongannya. Dibarengi dengan radikal bebas atau oksidan dari rokok atau alkohol yang berlebihan yang turut merusak selaput lendir esofagus, maka terjadilah kanker di kerongkongan.
Cara minum teh yang dianjurkan
Bukan berarti teh hangat atau panas tak boleh dikonsumsi, karena sebetulnya manfaat sehatnya banyak sekali.
Teh mengandung kafein yang dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan mood. Teh, khususnya teh hijau, mengandung antioksidan flavonoid yang bisa membantu mencegah berkembang biaknya sel kanker.
Hanya saja, agar terhindar dari risiko kanker esofagus, teh dianjurkan untuk dikonsumsi pada suhu yang tidak terlampau panas, yaitu kurang dari 60 derajat Celcius. Selain itu, hindari minum teh dengan tambahan gula. Kebiasaan tersebut bisa membuat seseorang berisiko tinggi mengalami diabetes melitus.
Menikmati secangkir teh memang nikmat. Namun, supaya tidak meningkatkan risiko kanker esofagus dan Anda tetap mendapatkan rangkaian manfaat sehatnya, hindari minum teh dengan suhu yang terlalu panas. Bila ingin mengonsumsi minuman hangat, pastikan suhunya tak melebihi 60 derajat Celcius.(RN/klikdokter)
Redaktur & Reporter : Yessy