Kaitkan Penembakan Bogor dengan Teroris

Sabtu, 11 Januari 2014 – 12:27 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat terorisme Mustafa B Nahrawardaya, mengaku prihatin atas tewasnya seorang Anggota Polsek Klapa Nunggal, Bogor, Jawa Barat, Briptu Nurul Affandi, Jumat (10/1). Polisi menduga pelaku menjadi korban penembakan pencuri kendaraan bermotor.

Namun, Mustafa mensinyalir peristiwa ini masih rentetan dari aksi-aksi penembakan polisi seperti yang sebelumnya juga terjadi di Pondok Aren, Ciputat, karena polisi belum berhasil menangkap pelaku penembakan yang sebenarnya. Sehingga dia memprediksi kasus itu akan terulang lagi.

BACA JUGA: Anas Ditahan, Demokrat Lega

"Saya turut prihatin dan sedih atas kembali tewasnya polisi Briptu Nurul Affandi oleh tembakan brutal pelaku bersenjata api di Cileungsi Bogor. Selama pelaku aslinya tidak ditangkap, maka kejadian seperti ini akan terus terulang," katanya saat berbincang dengan JPNN, Sabtu (11/1).

Dugaan Mustafa didasarkan atas motif awal yang dikemukakan polisi bahwa Nurul menjadi korban penembakan pencuri kendaraan bermotor belum sepenuhnya bisa dipercaya. Sebab, analisa polisi ini sama dengan penembakan polisi di Ciputat. Saat itu polisi juga menyebutnya sebagai kasus curanmor tapi akahirnya jadi berita terorisme.

BACA JUGA: Jokowi Dongkrak Suara Partai

Dia terkesan tak percaya bahwa para pelaku penembakan polisi yang diklaim polisi sudah ditangkap dan masuk jaringan terorisme. Sehingga Mustafa menganggap pelaku yang sudah ditangkap bukanlah pelaku sebenarnya. Ditambah kejadian di Pondok Aren terjadi malam hari, sehingga tidak mungkin saksi bisa melihat pelaku dengan jelas sampai polisi bisa menghasilkan sketsa para pelaku dengan detail.

Sebaliknya, Mustafa menilai aksi tersebut sengaja dilakukan orang-orang yang selama ini punya dendam terhadap polisi, pelaku juga diduga sudah mengetahui targetnya polisi dan sengaja mencari gara-gara, termasuk bisa menyamar sebagai teroris, gembong narkoba atau pencuri.

BACA JUGA: Ibas Yakin Publik Masih Percaya Demokrat

"Intinya tujuan mereka untuk membunuh polisi. Banyak sekali pelaku-pelaku asli (penembak polisi) tidak ditangkap sehingga semakin hari akan semakin banyak polisi mati. Sampai kapan ini terus dibiarkan," ujar Mustafa.

Untuk itu dia meminta polisi menangkan pelaku sebenarnya dari berbagai peristiwa penembakan polisi secara hidup, bukan ditangkap dalam kondisi tak bernyawa, agar masyarakat bisa tahu bahwa benar yang ditangkap merupakan aktor utama penembak polisi.

"Tolong tangkap hidup, jangan mati, agar masyarakat tahu. Kalau ditembak mati akan menimbulkan kecurigaan. Banyaknya polisi tewas dibunuh juga harus jadi introspeksi bagi Polri jika ada yang salah," tandasnya.(Fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kejagung Hindari Pidana Mati


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler