Kakek Penjual Pisang Korban Perampokan Ini Masih Kuat, Ternyata Resepnya…

Jumat, 09 Juni 2017 – 00:12 WIB
Suratman menceritakan kronologis perampokan yang ia alami Selasa lalu. FOTO: M.RIDWAN/JAMBI EKSPRES

jpnn.com - Ada berkah setelah musibah. Itulah yang dialami Suratman, 94, seorang kakek renta penjual pisang keliling jadi korban perampokan. Hikmah yang ia dapat, ia banyak mendapat support dan bantuan dari masyarakat.

MUHAMMAD HAFIZH ALATAS

BACA JUGA: Kakek Penjual Pisang, Hilang Rp 1,1 Juta, Dapatnya 37 Juta

Suratman langsung kembali beraktivitas seperti biasa setelah dirampok. Ia tetap berjualan pisang dengan mendorong gerobak kayunya keliling kawasan Kota Baru, Kota Jambi. Gedung Olahraga Provinsi Jambi menjadi halaman utama tempat ia mangkal.

Rabu (7/6), Harian Pagi Jambi Ekspres (Jawa Pos Group) menyambangi kediaman kakek 94 tahun itu. Beralamat di RT 14, Kelurahan Kebun Handil, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Kediaman kakek Suratman ramai dikunjungi masyarakat.

BACA JUGA: Zumi Zola Sumbang Rp 5 Juta Lalu Borong Dagangan si Kakek Penjual Pisang

Pukul 10.00 WIB, harian ini tiba di sana. Saat itu, kakek sedang menerima tamu dari sejulamlah Polisi Wanita (Polwan) Patroli Queen-queen Polda Jambi dan puluhan siswa Sekolah Menengah Atas.

Tamu-tamu yang berkunjung memberikan support dan bantuan kepada sang kakek. Karena memang sang kakek baru mendapat musibah.

BACA JUGA: Berkah di Balik Musibah Suratman, Si Penjual Pisang

Ia baru saja jadi korban perampokan pada 6 Juni 2017 lalu. Saat itu sang kakek sedang berjualan pisang di kawasan GOR Kota baru.

Ceritanya, sang kakek mulai berjualan pukul 08.00 WIB. Dari rumah, sang kakek mendorong gerobak pisangnya sejauh lebih kurang 3 km.

Sepanjang perjalanan hari itu, sang kakek mendapat sedekah dari pengguna jalan. Bahkan ia mengantongi Rp 400 ribu dari pengguna jalan yang lewat.

Dari rumah, kakek itu sudah membawa uang Rp 600 ribu. Ia sengaja mengantongi uang cukup banyak, karena ia berniat membayar kursi tamu untuk lebaran yang sudah ia pesan.

“Kursinya sudah Saya pesan, janji sore diantar. Sebelum diantar, Saya mau bayar dulu rencananya. Tapi belum sempat bayar, uang Saya dirampas orang pakek mobil,” kata pria kelahiran 1923 itu.

Ia menceritakan, awalnya ia tidak curiga dengan pengendara mobil yang merampoknya. Kata dia, pengendara mobil itu awalnya hendak membeli pisang, namun saat hendak membayar, si pembeli enggan keluar mobil, karena berdalih malu beli pisang di bulan Ramdan. Sang kakek diminta antar pisang ke dalam mobil.

“Tiba di dalam mobil, pintunya langsung dikunci, kan pakai remot. Waktu itu ada handuk merah ditempelkan di bahu Saya, rasanya dingin,” kata dia.

Dia minta keluar, akhirnya dia dorong pintu. Pelaku berhasil mengambil uang dalam sakunya. Total uang yang diambil Rp 1.175.000.

“Itu uang Saya hasil jualan pisang Rp 175 ribu, uang dikasih orang di jalan Rp 400 ribu dan Rp 600 ribu saya bawa dari rumah. Itu untuk bayar kursi lebaran,” cerita kakek.

Kakek 52 cucu itu mengaku sempat shok saat kejadian. Namun ia akhirnya pasrah dan menyerahkan semuanya pada Allah SWT.

“Saya tidak melapor ke Polisi, karena kata polisinya, biar mereka yang ke rumah, kasihan melihat saya yang sudah tua,” sebutnya.

Dari kejadian itu, sang kakek banyak mendapat perhatian masyarakat, orang-orang berdatangan ke rumahnya dan memberikan bantuan. Meski sempat mengalami shock, kakek tetap berjualan.

Bahkan jualannya banyak dikerumuni warga. Pisang 20 sisir yang ia bawa mengahasilkan uang Rp 6 juta.

“Alhamdulillah banyak yang bantu. Mereka beli pisang yang harga Rp 20 ribu dibayar Rp 100 ribu, dikembaliin sosoknya mereka dak mau,” tuturnya.

Suami Sarofah itu mengaku sudah banyak dikunjungi masyarkat dan tokoh masyarat. “Total bantuan dari orang ada sekitar Rp 10 juta. Akhirnya bisa bayar kursi, karena kursinya sudah datang,” ujarnya.

Suratman mengaku sudah berjualan pisang 1 tahun belakangan ini. Niatnya untuk membeli kursi sudah tertanam sejak 3 bulan terkahir.

Ia bertekad setiap hari berjualan agar bisa mewujudkan mimpinya untuk membeli kursi. Meski usianya sudah memasuki 1 abad, namun, fisik sang kakek masih kuat, ia sanggup setiap hari medorong gerobak sepanjang 3 km.

“Rahasianya banyak makan sayur. Saya makan daun ubi rambat sama toge. Yang instan saya tidak mau,” imbuhnya. (***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perampok Kakek Penjual Pisang Didoakan Hidupnya tak Tenang


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler