Kakek Tua Tombak Mati Dua Kerabat

Selasa, 27 Maret 2012 – 11:36 WIB

PANGKALANKERINCI-- Seorang pria renta berusia 64 tahun, Arsyad, tiba-tiba mengamuk di rumahnya dengan menyerang orang-orang terdekat menggunakan tombak buru babi. Dua orang terbunuh kena tembus tombak pada bagian dada dan perut, yakni Amnar (60) dan Roymanzah (17).

Amnar yang berjenis kelamin perempuan merupakan adik kandung pelaku meninggal di lokasi kejadian. Sedangkan Roymanzah yang merupakan adik kandung dari menantu Amnar, menghembuskan nafas terakhir di Puskesmas setengah jam kemudian.

Peristiwa sadis ini berlangsung kurang dari sepuluh menit pada sekitar pukul 14.00 WIB, Senin (26/3). Lokasi kejadian di rumah panggung milik Amnar, rumah dimana pelaku penumpang hidup selama bertahun-tahun, di jalan poros dalam kota kelurahan Pelalawan, 30 kilometer dari Pangkalankerinci. Pasca penyerangan itu pelaku sempat mengancam akan bunuh diri dengan cara mengarahkan tombak ke arah perutnya sendiri. Tetapi aksinya itu digagalkan oleh seorang saksi mata bernama Vitra (17) dan dibantu Asben (18).
 
Berdasarkan keterangan para saksi di lokasi kejadian menyebutkan bahwa Arsyad melakukan penyerangan dengan cara membabi buta. Setelah membunuh dua orang, Arsyad sempat mengejar orang-orang lain yang ada di dekatnya, termasuk saksi Vitra, dan dua orang orang Balita yang tengah bermain di samping rumah. Tetapi aksi brutal pria yang diketahui mengalami gangguan jiwa ini tidak berlanjut lantaran ada perlawanan dari Vitra.

‘’Saya peluk badannya sekuat tenaga dari dari belakang sambil memenang tombak. Saya menjerit-jerit manggil orang. Si Asben waktu itu berada di kedai depan, terus dia masuk langsung menarik tombak. Kemudian orang banyak masuk pula, barulah saya lepaskan pagangan,’’ tutur Vitra yang merupakan keponakan kandung dari korban Amnar.

Diceritakannya, sebelum kejadian suasana rumah panggung berukuran besar peninggalan suami Amnar itu cukup tenang. Di dalam rumah ada enam orang yang masing-masing tengah melakukan aktifitas siang. Vitra dan korban Roymanzah tengah makan siang di ruang dapur. Sedangkan Amnar tengah berbaring melepas penat di ruang tengah.

Selain itu Ada Liza (32), seorang wanita anak tunggal dari Amnar, tengah menunaikan Salat Zuhur di dalam kamar. Ada lagi dua orang anak Liza yang masih balita, yaitu Delvi Azzahra (5) dan Magribi Septia (3) yang sedang bermain di halaman.

Setelah selesai makan, Vitra pergi ke ruang dapur untuk mencuci piring yang baru saja digunakannya. Sedangkan Roymanzah pada saat itu masih meneruskan makan di tempatnya. Tiba-tiba Vitra dikejutkan dengan suara melolong dari dalam rumah.
Mendengar suara itu, ia langsung berlari meninggalkan dapur menuju ke ruang makan. Pada saat itu korban sudah berjalan terhuyung ke arah dapur sambil memegang perut. Darah segar berceceran di lantai papan yang dilapisi karpet sintetis, dan selang lima langkah kedepan tubuh Roymanzah tumbang.

‘’Saya tertegun tak tau mau buat apa, tiba-tiba sadar saya harus menolong Roy. Tapi baru saya mau mengangkatnya, bapak itu  sudah pergi kedepan. Disitu dia menusuk penikam badan Mak Inai, terus saya kejar kedepan tapi rupanya sudah terlambat. Saya langsung memegang badan bapak dari belakang sampai orang datang,’’ urai Vitra.

Liza, putri tunggal Amnar, yang sehari-hari bekerja sebagai PNS di Kantor Camat Pelalawan tak dapat menyembunyikan duka. Saat didekati wartawan, perempuan yang sudah dianugerahi dua anak dari pernikahannya dengan Vendri (34) yang juga PNS di kantor camat Pelalawan, hanya bisa menangis sambil memeluk Delvi Azzahra.

Bekali-kali ia mencium kepala anak perempuannya. Liza begitu terpukul dengan kematian ibu di depan mata, sekaligus bersyukur karena dua anaknya lolos dari maut. ‘’Saya tadi salat di dalam kamar,’’ tutur Liza singkat.

Tentang keadaan pelaku yang disebut-sebut menderita gangguan jiwa dibenarkan beberapa sumber di lokasi kejadian. Menurut penuturan Heri (35), masih keluarga dekat korban, Arsyad memang memiliki gangguan mental sejak lama. Sebelum peristiwa inipun Arsyad sudah beberapa kali menunjukkan perikalu aneh.

‘’Sekali-sekali dia marah tanpa alasan yang jelas. Pernah beberapa bulan lalu dia merajuk karena masalah kecil, kemudian membakar kasur,’’ ujar Heri, yang dibenarkan sejumlah orang lainnya dari keluarga mereka.

Arsyad juga pernah mengucapkan kata-kata ancaman akan membakar rumah adiknya dengan tanpa alasan yang jelas pula. Kasrun (18), seorang pelajar dan tetangga korban, juga teman sekolah Roymanzah mengaku pernah mendengar Arsyad mengancam akan membakar kedai milik seorang warga. ‘’Datuk tu memang seperti ada masalah mental. Dulu kedai yang di sebelah situ pernah mau dibakar, untuk tidak jadi,’’ ujar Kasrun.

Hanya dalam hitungan menit setelah peristiwa pembunuhan itu, puluhan warga kelurahan Pelalawan berdatangan ke rumah naas itu. Warga mendapati pelaku tengah bergumul dengan Vitra. Pada saat itu ditangan korban sudah tidak ada lagi tombak, sebab sudah diamankan oleh Asben. Tanpa menunggu lama, warga membekuk lehar Arsyad. Yang lainnya berusaha memberi pertolongan kepada kedua korban. Sayangnya korban Amnar sudah meninggal dunia, dan Roymanzah yang masih bernafas dilarikan ke Puskesamas.

Untuk menghindari amuk massa, pelaku pembunuhan dibawa ke kantor Camat Pelalawan yang tak jauh dari rumah duka. Tangannya diikat menggunakan kain panjang dan dikurung di sebuah ruangan. Tak lama kemudian aparat kepolisian dari Subsektor Pelalawan tiba di kantor Camat untuk mengamankan pelaku. Kapolsek Pangkalankerinci Kompol R Sagala juga terjun ke TKP untuk memimpin olah TKP dan mengumpulkan keterangan saksi.

‘’Korban meninggal dua orang, sketsa kejadian sudah digambar, begitu juga dokumentasi foto-foto sudah ada. Kami harus mengumpulkan keterangan saksi-saksi dulu,’’ ujar Kapolsek Kompol R Sagala kepada wartawan.

Dalam pada itu, pelaku Arsyad yang ditemui di tahanan sementara kantor camat sempat menjawab beberapa pertanyaan wartawan. Pria yang sepanjang hayatnya tidak menikah itu membuat pernyataan yang mengerikan. ‘’Mau saya bunuh semua orang di rumah itu. Saya sengaja, saya dendam, karena mereka mau membunuh saya. Kalau tidak saya bunuh, saya pasti dibunuh,’’ tutur pria dengan kulit di sekujur badan sudah mengriput ini.

Ia mengaku sering dihantui perasaan takut mati, dan merasa sering dibuntuti orang lain untuk dibunuh. Namun pengakuannya itu dinilai banyak orang sebagai repleksi jiwanya yang tidak normal lantaran gangguan syaraf. Meski demikian, anggapan seperti ini belum bisa dipegang sebagai dalil hukum. Sebab semuanya harus dibuktikan menurut prosedur hukum. Tidak ada tanda-tanda penyesalan pada wajah maupun bahas tubuh lajang yang konon dimasa mudanya hidup dalam kemewahan dan glamor ini.

Terpisah, Kapolres Pelalawan AKBP Guntur Aryo Tejo SIK menyampaikan keterangan resmi melalui pesan singkat ponsel. Kapolres menyatakan, kasus ini dalam penanganan pihak kepolisian. Penyidik telah menyita barang bukti berupa satu buah tombak dan mengumpulkan barang bukti lain. ‘’Saat ini kedua korban divisum di rumah sakit Selasih Pangkalankerinci. Demikian informasi,’’ tulis Kapolres pada pesan singkat yang Riau Pos (Group JPNN) terima.(bun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Ketiduran, Motor Disikat Maling


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler