jpnn.com - THERESA May bisa dipastikan akan mengisi kursi perdana menteri (PM) Inggris. Ini menyusul mundurnya Andrea Leadsom dari pemilihan pengganti David Cameron yang resign sebagai imbas hasil referendum British Exit (Brexit).
Politikus Partai Konservatif yang kini masih menjabat menteri dalam negeri itu bakal menjadi PM perempuan kedua Inggris setelah mendiang Margaret Thatcher.
BACA JUGA: Prajurit TNI Latihan Bersama Kontingen Tiongkok dan Italia
Mundurnya Leadsom dari kompetisi politik internal partai tersebut membuat jalan May untuk menuju kursi pemimpin tak terbendung. Perempuan 59 tahun itu akan menjadi ketua partai sekaligus PM Inggris berikutnya. Jika sebelumnya partai pemerintah tersebut menetapkan 9 September sebagai batas akhir penetapan ketua baru, kini jadwalnya maju. Sebab, secara tidak resmi, May menjadi pengganti Cameron sejak kemarin.
’’Satu-satunya kejutan adalah bahwa ada begitu banyak kejutan di Westminster tentang keinginan publik untuk mengubah keadaan,’’ kata May di hadapan media.
BACA JUGA: Satu Desa Ada 39 Anak Kembar, Lihat Foto-fotonya
Keputusan Leadsom untuk mundur adalah salah satunya. Padahal, sebelumnya, dua perempuan yang sama-sama dikenal sebagai politikus senior tersebut bersaing ketat memperebutkan tiket menuju Downing Street 10.
Menurut salah seorang sumber dari kubu Leadsom, menteri energi Inggris itu memutuskan mundur karena menerima terlalu banyak tekanan. Terutama, setelah dia menyatakan lebih layak menjadi PM karena sudah menjadi ibu.
BACA JUGA: 560 Tentara AS Berkemampuan Unik Bakal Dikirim ke Irak
Kalimat yang sengaja dia ucapkan untuk mendulang dukungan itu malah menjadi bumerang. Sebab, lawan politiknya tidak memiliki anak. Sampai sekarang, May belum menjadi ibu. Terkait hal tersebut, Leadsom pun minta maaf kepada May kemarin. Pada hari yang sama, dia mengumumkan pengunduran dirinya dari pemilihan ketua partai sekaligus PM Inggris.
’’Di bawah kepemimpinan saya nanti, Partai Konservatif akan menjadi partai yang utuh, solid, kukuh, dan mengutamakan rakyat, terutama kalangan pekerja. Kita akan menjadikan Inggris sebuah negara bagi semua kalangan,’’ papar May dalam pidatonya di Kota Birmingham kemarin. Dia berjanji merombak badan-badan usaha milik negara dan mengawasi pajak untuk mencegah terjadinya kecurangan di sana.
Sebagai pengganti Cameron yang terpaksa lengser setelah kemenangan kubu leave dalam referendum 23 Juni lalu, May berjanji tidak akan menggelar referendum ulang. Meski, sebelumnya, dia adalah salah satu tokoh yang gigih mengimbau masyarakat Inggris untuk menolak Brexit. Bagi May, keputusan rakyat lewat referendum sudah mutlak. Karena itu, dia tidak akan mengujinya lagi dalam referendum baru.
Kendati demikian, May juga tidak akan buru-buru menetapkan tanggal perceraiannya dengan UE. Seperti Cameron, dia lebih memilih untuk membereskan urusan dalam negeri sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Yakni, menentukan bentuk hubungan Inggris dan UE pasca-Brexit. ’’Tidak akan ada tanggal (perceraian dengan UE) sebelum akhir tahun,’’ kata pengoleksi sepatu bermotif leopard tersebut.
Sebelum maju sebagai kandidat PM, May dikenal sebagai menteri yang kaku. Dia sangat teguh memegang prinsip dan tidak mudah dipengaruhi. Atas sifatnya itu, istri Philip tersebut mendapatkan julukan bloody difficult woman dari tokoh senior partai, Kenneth Clarke. May pun lantas menerima label itu dengan positif. Dia menganggap julukan tersebut sebagai apresiasi atas keteguhan hatinya.
Perempuan yang terlahir dengan nama Theresa Brasier itu tidak hanya teguh memegang ideologi politik. Tapi, dia juga religius. Sebagai putri seorang pendeta yang lahir dan besar di Kota Eastbourne, May tumbuh menjadi pribadi yang suka bekerja keras dan tekun. Alumnus Oxford University itu, konon, menemukan belahan jiwanya di kampus yang juga menjadi tempat Cameron menimba ilmu tersebut.
Selepas kuliah, May bekerja di Bank of England. Dia lantas menikah dengan suaminya yang berprofesi sebagai bankir pada 1980, setelah dijodohkan Benazir Bhutto. Dia baru serius terjun ke dunia politik setelah terpilih sebagai legislator pada 1997. Karir politiknya terus meningkat sampai dia menjadi menteri dalam negeri enam tahun lalu. Dia menjadi menteri dalam negeri yang paling lama menjabat di Inggris sejak 1892.
Rabu (13/7), May akan resmi menggantikan Cameron sebagai penguasa Downing Street 10. Tapi, sebelumnya, Cameron akan mengajukan pengunduran dirinya secara resmi kepada Ratu Elizabeth II di Istana Buckingham. ”Keputusan Leadsom untuk mundur sudah tepat. Saya sangat senang May akan menggantikan saya sebagai PM,” kata Cameron dalam jumpa pers kemarin. (afp/reuters/bbc/hep/c23/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lokasi Tiga WNI Belum Jelas Setelah Ditangkap Apo Mike
Redaktur : Tim Redaksi